Selasa, 28 Februari 2017

Paus Fransiskus: Populisme Egoistis ‘Dorong Penolakan Migran’

Ketidakpedulian, yang didorong oleh retorika populis di dunia saat ini, mendorong penolakan kaum migran yang mengancam hak-hak dan martabat mereka, kata Paus Fransiskus.

Para pengungsi, yang melarikan diri dari penganiayaan, kekerasan dan kemiskinan sering dijauhi dan dianggap sebagai “tidak layak diperhatikan oleh kita, sebagai saingan atau seseorang yang tunduk dengan kemauan kita,” kata Paus kepada para peserta Forum Internasional untuk Migrasi dan Perdamaian IV.

“Menghadapi jenis penolakan ini, berakar pada kepentingan diri sendiri dan diperkuat oleh hasutan populis, yang dibutuhkan adalah perubahan sikap untuk mengatasi ketidakpedulian dan melawan ketakutan dengan pendekatan murah hati menyambut orang-orang dengan membuka pintu hati kita,” kata Paus Fransiskus pada 21 Februari, seperti dilaporkan Catholic News Service.

Konferensi yang berlangsung pada 21-22 Februari bertajuk, “Integration and Development: From Reaction to Action,” diselenggarakan oleh Scalabrini International Migration Network dan disponsori oleh Dikasteri untuk Mempromosikan Pembangunan Manusia Integral Vatikan.

Dalam sambutannya, Bapa Suci mengatakan jutaan orang terpaksa mengungsi dari kampung halaman mereka akibat “konflik, bencana alam, penganiayaan, perubahan iklim, kekerasan, kemiskinan ekstrem dan kondisi hidup yang tidak manusiawi.”

Untuk menghadapi tantangan ini, katanya, Gereja dan masyarakat sipil harus memiliki “respon bersama” dengan menyambut, melindungi, mempromosikan dan mengintegrasikan kaum migran dan pengungsi.

Menyediakan akses untuk “saluran keamanan kemanusiaan” – jalur hukum untuk keselamatan – sangat penting dalam membantu orang-orang yang “melarikan diri dari konflik dan penganiayaan yang mengerikan,” namun sering bertemu dengan penolakan dan ketidakpedulian.

Paus Fransiskus menyerukan “perubahan sikap” dalam memahami kebutuhan para migran dan pengungsi, perubahan yang menjauh diri dari rasa takut dan ketidakpedulian terhadap “budaya perjumpaan” yang membangun sebuah dunia “lebih baik, lebih adil dan persaudaraan.”

_________________________
(Darius Leka/ Sumber: ucanews.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin