Selasa, 14 Februari 2017

Vatikan Rilis Tema Umum Kongres Internasional Keluarga Katolik Tahun 2018

“Injil Keluarga, Sukacita Bagi Dunia”, merupakan tema umum kongres Internasional Keluarga Katolik Tahun 2018. Kongres yang akan berlangsung di Dublin, Irlandia, itu dimaksudkan untuk menekankan peran keluarga sebagai kekuatan penyeimbang di masyarakat, kata uskup Agung Diarmuid Martin, seperti dilansir catholicnewsagency.com.

“Keluarga tidak hanya menjadi objek perhatian Gereja, ” kata Uskup Agung Martin kepada wartawan yang mengikuti konferensi pers di Vatikan, Selasa (24/5/2016) lalu.

Sebaliknya, kata dia, keluarga memiliki “peran penting” sebagai elemen “protagonis” nyata bagi pembaharuan dan pewarisan iman kepada generasi mendatang.”

Penakanan terhadap peran penting keluarga ini mengingatkan kembali hasil Sinode Uskup tahun 2015 lalu, dimana  kata Uskup Agung Martin, keluarga merupakan “anggota aktif dalam karya pelayanan Gereja,” melalui “keaslian kehidupan sehari-hari di rumah.”

Ia melanjutkan: “kongres internasional keluarga katolik ini harus menjadi kesempatan untuk mendorong dan mempertahankan peran khusus keluarga.”


Tema yang dipilih untuk kongres Internasional Keluarga Katolik ini, sebagaimana dijelaskan oleh Uskup Agung Martin, hendak menekankan kembali peran keluarga dalam masyarakat dan kontribusinya dalam hal pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan stabilitas masyarakat.

Kongres Internasional Keluarga Katolik ke-9, yang sedianya akan berlangsung di Dublin pada 22-26 Agustus, 2018. Ibukota Irlandia diumumkan sebagai tempat pertemuan internasional  saat acara penutupan pertemuan internasional keluarga Katolik  di Philadelphia, Amerika Serikat, September 2015.

Pengumuman pada Selasa lalu itu terjadi kurang dari setahun setelah Sinode keluarga dilaksanakan Oktober 2015, dan telah didahului pula dengan sinode luar biasa tahun 2014.

Uskup Agung Martin menceritakan kepada wartawan apa yang dikatakan Paus Fransiskus kepadanya saat memasuki ruang Sinode Oktober lalu, pada hari pertama pertemuan para uskup: “Ingat, Dublin dimulai hari ini”

Uskup asal Irlandia ini menegaskan baik Paus Fransiskus dan Paus Yohanes Paulus II telah memilih keluarga sebagai topik utama dalam sinode pertama mereka.

Metodologi baru yang diperkenalkan Paus Fransiskus saat Sinode berlangsung, yakni  dengan melibatkan para konsultan keluarga merupakan bagian dari “pembentukan berlanjut”, katanya.

Paus Fransiskus tidak mempertimbangkan Sinode Keluarga sebagai “acara tertutup, “kata Uskup Agung Martin, melainkan “sebuah acara  Gereja menyuluruh.”

Sinode tersebut, katanya, “menjadi sebuah penegasan dan dorongan bagi  animasi tentang keluarga dan pembaharuan keprihatinan pastoral Gereja serta pelayanan pastoral dari keluarga dan untuk keluarga.”

Uskup Agung Martin juga menyatakan harapannya bahwa Sinode Keluarga menjadi “tonggak penting” dalam menerapkan “buah dari proses Sinode dan Anjuran Apostolik ‘Sukacita dalam Kasih’.”

Meskipun pertemuan itu bersifat internasional, kata dia, pertemuan nanti akan menjadi tonggak sejarah bagi Gereja Irlandia terutama dalam  pembentukan kembali “budaya keluarga yang kuat” meskipun saat ini tetap rentan terhadap “tekanan budaya sekuler Barat.  “Paus berbicara tentang tantangan keluarga-keluarga di  Irlandia yang seperti “kesulitan ekonomi” dan krisis keluarga.

Uskup Agung Martin mengatakan persiapan untuk kongres internasional Keluarga Katolik di Irlandia akan dimulai pada tahun 2017 dengan melewati  “proses katekese”  sesuai petunjuk  Paus Fransiskus.

“Program katekese Gereja tentang perkawinan dan keluarga memang butuh perombakan total sejalan dengan Anjuran Apostolik “Sukacita dalam Keluarga”, katanya .

Kongres Internasional Keluarga pada tahun 2018 nanti bukanlah even katolik dalam skala internasional yang baru pertama kali dilaksanakan di Dublin. Sebelumnya, pada tahun 2012, Dublin juga menjadi tuan rumah Kongres Internasional Ekaristi ke-50.

Pada konferensi pers, Selasa (24/5/2016) lalu, hadir pula Kardinal Vincenzo Paglia , Presiden Dewan Kepausan untuk Keluarga. Kardinal Vincenzo mengatakan “Merayakan Sukacita Keluarga – yang di Eropa sedang dalam problem akut – merupakan kesempatan yang luar biasa, di mana semua elemen baik sipil, sosial, agama, politik, ekonomi  dapat menemukan kembali pusat dan kekuatan yang menjadi pilar pertama bagi keberlanjutan  perdamaian di tengah-tengah masyarakat.”

Dia mengatakan kepada wartawan bahwa ” gereja-gereja Kristen , agama-agama di dunia, masyarakat sipil dan politik, dapat menemukan kembali ‘ semangat kekeluargaan ‘ yang menjadi benang merah untuk memungkinkan mereka menjawabi dimensi individualistis yang , sayangnya, juga menjadi keprihatinan dalam hidup beragama dan bermasyarakat.”

Sumber: http://www.catholicnewsagency.com

Kredit Foto: jill111 via Pixabay CC0 Public Domain

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin