Pada tgl 31 Januari 2017, hari Senin, sekitar 60an orang yang mewakili umat Katolik Paroki St. Paulus, Depok, mengantar Pater Yosef Tote OFM ke Paroki St. Petrus, Cianjur, tempat tugas penggembalaannya yang baru. Kami menyewa sebuah bis pariwisata besar dan bagus dan sebuah kendaraan pribadi, karena ada acara khusus sesudahnya. Kami berangkat dari Pastoran St. Paulus menjelang jam 8.00 pagi, berhenti sebentar di Rest Area sesudah gerbang tol Ciawi untuk menyegarkan badan, lalu langsung menuju ke Panti Asuhan St. Yusup untuk menjemput Pater Sahat (yang sudah meninggalkan paroki St. Paulus dua minggu sebelumnya) dan Pater Haryo (Direktur Panti dan sebelumnya juga menjadi pastor paroki di St. Paulus Depok). Dari Panti ini, kami langsung menuju ke Rumah Makan Saung Nikmat di Cianjur untiuk makan siang bersama. Menjelang jam 13.00 kami berangkat ke Pasturan/Gereja St. Petrus di Jl. Siliwangi. Pada jam 14.30 kami meninggalkan Cianjur, langsung ke Depok dengan satu kali berhenti untuk meringankan badan dan beli beberapa oleh-oleh.
Pukul 18.50 kami tiba kembali di lapangan parkir St. Paulus Depok dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan yang telah membimbing kami pulang pergi, sehingga seluruh perjalanan kami dapat berlangsung dengan lancar dan selamat.
Dalam sajian ini, supaya tidak membosankan, akan saya bagi dalam empat tahap:
1. Dari Pastoran sampai Panti Asuhan St. Yusup Sindanglaya
2. Di Panti Asuhan Sindanglaya (sebenarnya hanya Wisma Carceri)
3. Makan Siang di Rumah makan Saung Nikmat, Cianjur dan
4. Sertijab di Gereja Cianjur.
BAGIAN 1: DARI PASTORAN SAMPAI PANTI ASUHAN ST. YUSUP SINDANGLAYA
Setelah seluruh rombongan hampir semua hadir, maka Panitia menjemput para Pater Yosef ke pastoran. P. Yosef sedang sarapan bersama dengan p. Alfons dan Goris. Sementara kami menelesaikan meja, kopor dan tas-tas pun diangkut ke dalam bis.
Perpisahan selalu membawa sesuatu yang berat. Hati yang berat menggelayut tempat dan lingkungan umat yang telah bersama-sama merajut kehidupan bersama. Dengan hati yang berat, langkahpun harus diayunkan meninggalkan rumah yang sudah dihuna selama persis tiga tahun lebih beberapa hari. Pada jam 07.46 pater Yosef menaiki tangga bis dan tidak lama kemudian bis pun berangkat.
Dengan dipimpin oleh seorang wakil umat, kami pun berdoa bersyukur dan memohon perlindungan Tuhan. Syukurlah Jalan Margonda tidak begitu macet sehingga kami kami dapat segera meluncur dengan lancar di jalan tol Cijago dan Jagorawi.
Singkat kata, setelah berhenti 15 menit di Rest Area, sesudah gerbang tol Ciawi, kami meneruskan perjalanan ke Sindanglaya. Puji Tuhan, lalu lintas Puncak yang sering ‘unpredictable’ itu lancar-lancar saja, termasuk di Mega Mendung dan Pasar Cisarua. Tepat jam 10.00 kami sudah menginjakkan kaki di halaman kantor Panti Asuhan Sindanglaya.
Bagian pertama selesai, selamat menikmati foto-foto berikut.
BAGIAN II: PANTI ASUHAN ST. YUSUP SINDANGLAYA
Sebenarnya kami tidak mengunjungi panti asuhan ini, karena bukan itu maksudnya, apalagi waktu juga tidak ada dan kompleks ini sangatlah luas dan meliputi berbagai lembaga. Kami hanya datang untuk menjemput pater Anton Sahat Manurung OFM dan pater Haryo. Ada banyak diantara peserta yang belum mengenal kompleks ini.
Kami langsung ke rumah tempat tinggal para Romo, dan bruder Fransiskan yang melayani panti ini. Rumah ini dikenal dengan nama Wisma Carceri. Kami jumpai Pater Martin Harun OFM baru saja menyelesaikan snacknya dan para peserta pun tak sungkan-sungkan ikut menikmati apa yang dilihatnya terhidang pada meja makan.
Sudah dengan sendirinya kunjungan ini minta diabadikan dengan foto dengan berbagai gaya dan lokasi.
Pater Haryo dapat ikut bersama dengan bis (Puji Tuhan), tetapi pater Anton Sahat tidak dapat, karena ada kesepakatan dengan beberapa tamu. Tapi berjanji sesudahnya akan langsung menyusul di Rumah Makan Saung Nikmat di Cianjur.
Sekitar pukul 10.30 pun kami bergerak meneruskan perjalanan ke Cianjur.
Sudah sejak dari Depok tadi,untuk membunuh kesuntukan dalam bis, dicoba memutar film Dono Kasino, tapi juga tidak memuaskan banyak orang. Lalu diganti dengan karaoke, tetapi juga tidak jalan, karena tidak ada CD karaoke. Karena itu sepanjang perjalanan ke Cianjur ini diisi saja dengan suara sendiri. Pertama-tama p. Alfons menerangkan secara ringkas latar belakang sejarah panti Asuhan St. Yusup ini. Maklumlah, karena pater ini paling senior (ada yang bisik-bisik: “Jangan dikatakan paling tua!”) dan sudah menginap di sini sebagai seorang siswa seminari Stella Maris Cicurug pada tahun 1958. Sesudah itu mereka yang berminat dan mampu, bergantian bernyanyi.
Akhirnya pada jam 11.10 kami pun sudah bisa turun dari bis di halaman Rumah Makan Saung Nikmat.
Selamt menikmati foto-foto berikut ini. Para sahabat semua bebas untuk meng-copy atau meng-Tag foto yang disukai.
BAGIAN III: RUMAH MAKAN SAUNG NIKMAT CIANJUR
Ada banyak peserta belum mengenal Rumah Makan Saung Nikmat ini. Pemiliknya adalah orang Katolik yang murah hati. Kami pun disambut dengan ceria oleh pasutri pak dan bu Gandhi ini dan langsung diantar ke ruang belakang, yang dibangun di atas sebuah kolam yang penuh dengan ikan warna warni dan besar-besar. Ikan-ikan ini beriring-iringan berenang berputar-putar, nampang pamer gaya pada para tamu yang asyik menikmati dan merekamnya.
Sebagaimana biasa di Jawa Barat, yang dihidangkan di sini terutama menu ikan. Tidak usah berlama-lama, kita pun mulai menikmati makan siang secara prasmanan. Semuanja enak, tidak ada yang tidak enak. Tetapi kemampuan perut memang terbatas, sehingga ada sisa cukup banyak. Maka kantong-kantong plastik pun menjadi sarana ampuh menyelamatkan “sisa-sisa” itu. Banyak ibu-ibu mengisi kantong plastik yang disediakan oleh rumah makan. Ada yang khusus membawa sambal, sayur asem, atau ikan.
Pada akhir makan baru diumumkan bahwa semua tadi dihidangkan oleh sepasang pasutri yang hari ini (31 Januari) merayakan hari ulang tahun pernikahannya, yakni pak Richard dan bu Ning. Maka acara salam-salaman pun menyeruak ramai.
Setelah segalanya selesai, seluruh rombongan segera masuk bis dan meluncur ke kompleks pastoran St. Petrus, Cianjur di jalan Siliwangi. Karena lewat tengah kota tidak bisa, maka harus keluar kota dulu arah Sukabumi, dan kemudian kembali ke Cianjur lewat jalan Siliwangi.
Pada jam 13.00 pater Yosef memasuki pekarangan pastoran dan gereja Cianjur.
Foto-foto berikut mengungkapkan suasan yang penuh ceria dan akrab yang mewarnai seluruh perjalanan kami ini. Selamat menikmati.
BAGIAN IV (habis): SERAH TERIMA PATER YOSEF TOTE DI AULA PAROKI
Tepat pukul 13.00 pater Yosef Tote OFM melangkahkan kakinya memasuki gerbang utama gereja/pastoran/tempat ziarah/aula paroki St. Petrus, Cianjur (foto pertama). Tafsirkan sendiri raut wajah model apa yang sedang dihayatinya.
Sudah banyak dari peserta yang berkunjung di kompleks gereja ini, karena di belakang gereja terdapat sebuah kompleks doa: jalan salib dan bunda Maria ibu segala bangsa. Kompleks ini diresmikan sekitar lima tahun yang lalu dan dibangun dengan pimpinan pater Anton Sahat Manurung OFM, yang juga baru pindah dari Depok ke Sindanglaya.
Setelah berfoto ria di kompleks doa ini, kami pun segera berkumpul di aula yang luas dan besar. Sangat tinggi karena aula ini pun dipergunakan untuk olah raga badminton, volley dsb.
Pastor Paroki yang baru belum datang (katanya masih di Flores...) dan pastor paroki yang lama sudah pindah ke Cipanas, dan pada saat itu juga sedang berada di Yogyakarta, maka yang menerima kami adalah para anggota DPP dan DKP. Maka pater Goris OFM, pastor paroki St. Paulus Depok, menyerahkan pater Yosef OFM ke paroki St. Petrus Cianjur dan diterima oleh pater Haryo OFM (Direktur Panti Asuhan St. Yusup, Sindanglaya, sebelumnya adalah pastor rekan Depok). Setelah semuanya selesai, maka kami pun berpamitan pulang karena hari telah sore dan lalin di Puncak seringkali macet berat.
Saat perpisahan selalu berat di lubuk hati. Maka pater Yosef pun tak kuasa menahan gejolak emosi, sehingga tersendat-sendat sewaktu memberikan berkat. Yang lain tidak usah ditanya, karena banyak juga yang gampang ketularan. Tak disuruh-suruh, air mata tetap saja mengalir deras.
Lagu perpisahan pun (“Kemesraan ini, janganlah cepat.....) dilantunkan dengan mantap oleh bu Ningsih dan segera diikuti oleh yang lain. Lembaran tisue pun menjadi sangat laris.
Bagaimana pun juga perpisahan harus terjadi, pada jam 14.30 bis bisa beregerak keluar pintu gerbang. Di sana sini masih ada yang sibuk membersihkan wajah dengan lembaran tisue.
Selamat tinggal dan selamat berkarya di tempat baru pater Yosef....! Semoga nanti malam sudah bisa tidur ... nyenyak. Kendati serah terima “jabatan” belum terjadi, tapi sudah harus berbuat sesuatu bersama Bruder Albert OFM. Calon Pastor Paroki: pater Bonefasius OFM blm tiba!
Sewaktu berputar keluar kota Cianjur, bis harus menjemput dulu bu Ningsih yang ternyata sudah melesat dahulu ke Hipermaret untuk beli CD KARAOKE. Dibelinya sepuluh keping penuh dengan rekaman karaoke macam-macam jenis musik.
Sepanjang perjalanan pun dimeriahkan dengan dendang karaoke yang dilakukan oleh bu Lastri dengan dukungan bu Ningsih serta para peserta yang lain. Karena kepenatan, banyak juga yang bisa tertidur...
Kami mengalami suasana Puncak yang sesungguhnya: hujan gerimis diliputi kabut yang cukup tebal. Begitu keluar kebun teh, maka cuaca sudah membaik.
Puji Tuhan lalu lintas masih lancar dan pada pukul 18.50 kami sudah memasuki gerbang lapangan parkir St. Paulus Depok disertai dengan doa syukur oleh pater Alfons.
Trimakasih kepada panitia dan semua peserta dan syukur kepada Tuhan atas anugerah perjalanan yang indah dan mengesankan ini.
_________________
Alfons S. Suhardi, OFM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin