Selasa, 30 Juni 2020

Orang Awam Juga Harus Siap "Diutus"

DEPOK - Bila mau jujur sebenarnya ada yang lebih profesional di bidangnya untuk menangani salah satu seksi/ bidang Komunikasi Sosial (Komsos) di Paroki Santo Paulus Depok. Salah satu paroki yang berada di Keuskupan Bogor.

Sebagai umat biasa, saya harus tahu diri. Tidak ada pengalaman jadi pengurus lingkungan atau wilayah. Apalagi jadi pengurus paroki.

Sekitar akhir bulan Desember 2010, calon pastor paroki (Pater Tauchen) ketika itu menghubungi saya agar membantu dibilang Komunikasi Sosial.

Terdiam itu pasti. Dalam hati bertanya "mengapa harus saya?". Namun mentalitas "siap sedia" yang dididik sejak bangku sekolah di Flores membuat  saya maju tak gentar.

Walau sudah saya mendapatkan bocoran bahwa saya harus berhadapan dengan kultur paroki tersebut yang selalu pro-kontra bila ada sesuatu yang baru untuk dilakukan.

Pasca pembekalan dan pelantikan seluruh pengurus Dewan Paroki diawal tahun 2011, saya teringat dengan sentilan dari salah satu hirarki Keuskupan Bogor (Romo Dryanto) kepada calon pastor paroki yang nota bene masih sangat muda usia imamatnya. Sentilan itu cukup keras dan membuat saya yang tanpa pengalaman sedikit putus asa. "Kau minim pengalaman semoga jangan membuat paroki Santo Paulus kembali menjadi Saulus".

Puji Tuhan, sentilan itu membuat saya seolah menambah amunisi. Banyak hal dibenahi termasuk keuangan paroki. Kebetulan segala program kerja selalu didukung pastor paroki, hal terbaik saya coba lakukan. "Anjing menggonggong kafilah berlalu", kira-kira demikian pesan pastor paroki dalam mendukung saya agar tidak patah semangat.

Dan benar, soal kultur paroki yang sudah lama tertanam, akhirnya benar-benar terjadi. Mau melayani Tuhan dan sesama kok ada saja yang ingin halang-halangin. Sebagai pendatang baru, tentu bertanya "Kok bisa ya. Orang yang merelakan waktu, tenaga, pemikiran bahkan dana untuk pelayanan Tuhan, bukannya mendukung malah? Tapi sudahlah... anggap saja itu ilalang yang tumbuh bersama gandum.

Saya mulai benahin warta paroki sebagai media komunikasi dinternal antar dewan paroki dan umat, demikian pula sebaliknya.

Selain itu, mengusulkan ke Ketua Komsos Keuskupan agar bisa dilakukan pertemuan seluruh para Komsos yang ada di Keuskupan Bogor. Hal itu berjalan baik. Masing-masing paroki saling kirim/tukar media/ warta paroki. Dan ternyata berdampak positif untuk saling belajar sekaligus tukar ide/pemikiran.

Sejalan dengan perkembangan IPTEK saya mencoba membuat konsep website. Langkah awal berupa blogspot. Kemudian website resmi atas nama Paroki Santo Paulus Depok (https://parokistpaulusdepok.org) hingga saat ini masih tergolong ekssis. Lagi-lagi saya mendapatkan dukungan dari pastor paroki dan dewan paroki lainnya. Karena terbatasnya sumber daya manusia sehingga update kurang maksimal hingga berakhirnya masa periode.

Lepas dari sebagai koordinator Komunikasi Sosial (Komsos) tahun 2016 saya diminta untuk mengkoordinir Bidang Kerasulan Awam.

Lagi-lagi kegiatan yang lebih banyak diluar gereja/altar, saya mendapatkan dukungan dari tidak hanya dari pastor paroki  (Pater Goris) dan dewan paroki tetapi juga dari keuskupan. 

Kaitannya dengan sosial politik dan kemasyarakatan sebagai perpanjangan tangan dari Gereja Katolik secara kelembagaan terus dilakukan sosialisasi dan bekerja sama dengan Pemerintah, TNI - POLRI, organisasi masyarakat, termasuk organisasi lintas agama.

Dalam bidang politik, karena hirarki tidak boleh melakukan politik praktis maka Hirarki mendukungnya hanya dari sisi moral dan spritualitas. Bagian lapangan tugasnya para kaum awam.

Pilkada, hingga pemilu kami kawal agar sebagai bagian dari warga masyarakat Indonesia harus menggunakan hak dan kewajibannya untuk turut serta menentukan nasib bangsa. Jangan orang lain yang menentukan. Puji Tuhan hingga berakhirnya masa periode, kiprah tidak hanya di internal tetapi terlibat hingga keuskupan, bahkan Regio.

Tidak tahu kenapa, saya diminta melayani Tuhan dan sesama untuk mengkoordinir bidang Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan (HAAK) hingga tahun 2023.

Semua agenda dan program kerja terhenti karena adanya Pandemi Covid-19. Kita terpaksa berdiam diri di rumah. Terpaksa harus keluar rumah, kita diwajibkan untuk mematuhi peraturan dan protokol kesehatan.

Niat untuk kumpul dan melakukan kegiatan dengan menghimpun banyak orang untuk sementara dihentikan.

Semoga kerja sama semua pihak dapat memutuskan mata rantai penyebaran virus corona.

Demikian sekilas dan perjalanan melayani Tuhan dan sesama versi orang awam.

Selamat merayakan Pesta Pelindung Paroki Santo Paulus-Depok yang ke-60 (1960 - 2020)

Kota Depok, 29 Juli 2020


__________
Darius Leka SH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin