Akhir Desember 2010, sebuah telepon dari Pater Tauchen—calon pastor Paroki
Santo Paulus Depok—mengubah arah hidup Darius. Tanpa latar belakang sebagai
pengurus lingkungan, wilayah, apalagi paroki, ia diminta untuk membantu di
Seksi Komunikasi Sosial (Komsos). “Mengapa harus saya?” batinnya bertanya.
Namun, semangat “siap sedia” yang tertanam sejak masa sekolah di Flores
membuatnya menjawab panggilan itu dengan keberanian.
Tugas pertamanya bukan tanpa tantangan. Paroki Santo Paulus dikenal memiliki
kultur yang kuat dan tak jarang bersikap skeptis terhadap perubahan. Bahkan,
sentilan dari seorang hirarki Keuskupan Bogor kepada pastor paroki muda saat
itu sempat mengguncang semangat Darius: “Kau minim pengalaman, semoga jangan
membuat Paroki Santo Paulus kembali menjadi Saulus.”
Namun, alih-alih mundur, Darius menjadikan kritik itu sebagai bahan bakar
perjuangan. Bersama dukungan penuh dari pastor paroki, ia mulai membenahi
sistem komunikasi internal paroki. Warta paroki diperbarui, komunikasi antar
umat diperkuat, dan inisiatif untuk mempertemukan seluruh Komsos se-Keuskupan
Bogor pun digagas. Hasilnya? Terjadi pertukaran ide dan semangat kolaborasi
lintas paroki yang belum pernah ada sebelumnya.
Melihat perkembangan teknologi informasi, Darius tak tinggal diam. Ia
memulai dari blog sederhana, lalu menginisiasi website resmi Paroki Santo
Paulus Depok (https://parokistpaulusdepok.org).
Meski keterbatasan SDM menjadi tantangan, semangat untuk menghadirkan wajah
Gereja di dunia digital tetap menyala.
“Gereja tidak berpolitik praktis, tapi kaum awam dipanggil untuk hadir di
ruang publik,” tegasnya. Sebuah refleksi mendalam tentang peran awam sebagai
garam dan terang dunia (bdk. Mat 5:13-16).
Tugas berikutnya datang tanpa diduga: mengoordinir Bidang Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan (HAAK). Namun pandemi Covid-19 memaksa semua agenda terhenti. Meski kegiatan fisik dibatasi, semangat pelayanan tak pernah padam. “Kita belajar bahwa kasih Allah tak dibatasi ruang dan waktu. Ia hadir dalam kepedulian kita terhadap sesama, bahkan dari balik masker dan jarak sosial.”
Kini, saat Paroki Santo Paulus Depok merayakan 60 tahun pelayanannya, kisah
Darius menjadi cermin bagaimana seorang awam biasa bisa menjadi luar biasa
karena kasih dan panggilan Tuhan. Dari seorang yang merasa “tidak layak”, ia
menjadi saksi kasih Allah di tengah masyarakat.
“Anggap saja itu ilalang yang tumbuh bersama gandum,” katanya tentang
tantangan yang dihadapi. Sebuah kutipan yang mencerminkan kedewasaan iman dan
keteguhan hati.
Selamat merayakan Pesta Pelindung Paroki Santo Paulus Depok. Semoga semangat
kerasulan awam terus menyala, mewartakan kasih Kristus di tengah dunia yang
haus akan harapan dan cinta.
#komsos #kerasulanawam #parokistpaulusdepok #gerejakatolik #rasulawam
#pelayanantanpabatas #shdariusleka #reels #foryou #fyp #jangkauanluas @semuaorang

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin