Selasa, 30 Juni 2020

Dari Tak Terduga Menjadi Terpanggil; Kisah Seorang Rasul Awam di Paroki Santo Paulus-Depok

KOTA DEPOK - Dalam dunia yang kerap menilai dari gelar dan pengalaman, kisah Darius Leka SH menjadi pengingat bahwa panggilan pelayanan bukan soal siapa yang paling ahli, melainkan siapa yang paling bersedia.

Akhir Desember 2010, sebuah telepon dari Pater Tauchen—calon pastor Paroki Santo Paulus Depok—mengubah arah hidup Darius. Tanpa latar belakang sebagai pengurus lingkungan, wilayah, apalagi paroki, ia diminta untuk membantu di Seksi Komunikasi Sosial (Komsos). “Mengapa harus saya?” batinnya bertanya. Namun, semangat “siap sedia” yang tertanam sejak masa sekolah di Flores membuatnya menjawab panggilan itu dengan keberanian.

Tugas pertamanya bukan tanpa tantangan. Paroki Santo Paulus dikenal memiliki kultur yang kuat dan tak jarang bersikap skeptis terhadap perubahan. Bahkan, sentilan dari seorang hirarki Keuskupan Bogor kepada pastor paroki muda saat itu sempat mengguncang semangat Darius: “Kau minim pengalaman, semoga jangan membuat Paroki Santo Paulus kembali menjadi Saulus.”

Namun, alih-alih mundur, Darius menjadikan kritik itu sebagai bahan bakar perjuangan. Bersama dukungan penuh dari pastor paroki, ia mulai membenahi sistem komunikasi internal paroki. Warta paroki diperbarui, komunikasi antar umat diperkuat, dan inisiatif untuk mempertemukan seluruh Komsos se-Keuskupan Bogor pun digagas. Hasilnya? Terjadi pertukaran ide dan semangat kolaborasi lintas paroki yang belum pernah ada sebelumnya.

Melihat perkembangan teknologi informasi, Darius tak tinggal diam. Ia memulai dari blog sederhana, lalu menginisiasi website resmi Paroki Santo Paulus Depok (https://parokistpaulusdepok.org). Meski keterbatasan SDM menjadi tantangan, semangat untuk menghadirkan wajah Gereja di dunia digital tetap menyala.

 Tahun 2016, Darius kembali dipercaya, kali ini sebagai Koordinator Bidang Kerasulan Awam. Ia menyadari, panggilan awam bukan hanya di altar, tetapi juga di tengah masyarakat. Bersama tim, ia menjalin kerja sama dengan pemerintah, TNI-POLRI, ormas, hingga komunitas lintas agama. Dalam ranah politik, ia mengawal partisipasi umat dalam Pilkada dan Pemilu, memastikan suara Katolik turut menentukan arah bangsa.

“Gereja tidak berpolitik praktis, tapi kaum awam dipanggil untuk hadir di ruang publik,” tegasnya. Sebuah refleksi mendalam tentang peran awam sebagai garam dan terang dunia (bdk. Mat 5:13-16).

Tugas berikutnya datang tanpa diduga: mengoordinir Bidang Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan (HAAK). Namun pandemi Covid-19 memaksa semua agenda terhenti. Meski kegiatan fisik dibatasi, semangat pelayanan tak pernah padam. “Kita belajar bahwa kasih Allah tak dibatasi ruang dan waktu. Ia hadir dalam kepedulian kita terhadap sesama, bahkan dari balik masker dan jarak sosial.”

Kini, saat Paroki Santo Paulus Depok merayakan 60 tahun pelayanannya, kisah Darius menjadi cermin bagaimana seorang awam biasa bisa menjadi luar biasa karena kasih dan panggilan Tuhan. Dari seorang yang merasa “tidak layak”, ia menjadi saksi kasih Allah di tengah masyarakat.

“Anggap saja itu ilalang yang tumbuh bersama gandum,” katanya tentang tantangan yang dihadapi. Sebuah kutipan yang mencerminkan kedewasaan iman dan keteguhan hati.

Selamat merayakan Pesta Pelindung Paroki Santo Paulus Depok. Semoga semangat kerasulan awam terus menyala, mewartakan kasih Kristus di tengah dunia yang haus akan harapan dan cinta.

Ditulis berdasarkan kisah nyata Darius Leka, S.H. (Koordinator KOMSOS Periode 2010-2013)

#komsos #kerasulanawam #parokistpaulusdepok #gerejakatolik #rasulawam #pelayanantanpabatas  #shdariusleka #reels #foryou #fyp #jangkauanluas @semuaorang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin