Awal Februari 2019, Ordo Fratrum Minorum (OFM) Guardian
Depok, yang dikenal sebagai Ordo Saudara Dina pengikut jejak Santo Fransiskus
dari Assisi, mengawali langkahnya dengan mengunjungi Pondok Pesantren Al
Karimiyah di Sawangan, Depok. Sebuah gestur sederhana, namun sarat makna: bahwa
kepedulian terhadap ciptaan Allah tak hanya berhenti pada alam, tetapi juga
pada sesama manusia.
Langkah itu berlanjut. Pada Senin, 1 Juli 2019, para pastor
dan frater OFM kembali menapaki jalan damai. Kali ini, mereka menyambangi
Yayasan Darul Aitam Al Asyari di Kemiri Muka, Beji, Depok. Dipimpin oleh RP.
Alferinus Gregorius Pontus, OFM dan RP. Fransiskus Assisi Oki Dwihatmanto, OFM,
rombongan disambut hangat oleh para pengurus yayasan dan anak-anak yatim yang
mereka asuh.
Ustadz Rafeudin, dalam sambutannya, menegaskan pentingnya
silaturahmi sebagai ajaran universal. “Kita patut bersyukur bisa hidup bersama
dalam suasana damai. Semoga kita tetap satu sebagai bangsa Indonesia yang rukun
dan sejahtera,” ujarnya.
Ustadz Mohamad Iqbal menambahkan, “Kehadiran saudara-saudara
di tempat ini menunjukkan bahwa silaturahmi adalah kunci terbukanya rahmat dan
pertolongan Allah. Ini adalah warna asli Indonesia.”
Kata-kata mereka bukan basa-basi. Di tengah suasana hangat
itu, terjalin dialog, tawa, dan harapan. Para frater mempersembahkan lagu-lagu
bertema perdamaian, dan bantuan sederhana diberikan kepada anak-anak yatim.
Sebuah pelukan kasih yang melampaui batas keyakinan.
Dalam refleksinya, Pater Goris mengisahkan perjumpaan
legendaris antara Santo Fransiskus dari Assisi dan Sultan Malik al-Kamil di
tengah Perang Salib tahun 1219. Di saat dunia diliputi kebencian,
Fransiskus—seorang biarawan miskin tanpa alas kaki—menembus zona perang demi
satu tujuan: berdialog.
“Fransiskus memohon untuk berdialog tentang perdamaian.
Sultan yang dicap negatif oleh dunia Kristen ternyata lembut dan bijaksana, mau
mendengarkan biarawan hina-dina itu,” tutur Pater Goris.
Kisah itu bukan dongeng. Ia adalah warisan spiritual yang
kini dihidupi oleh para pengikut Fransiskus di Depok. Mereka hadir bukan untuk
mengubah, tetapi untuk menyapa. Bukan untuk menghakimi, tetapi untuk merangkul.
Dalam ajaran Gereja Katolik, khususnya dalam dokumen Nostra
Aetate, ditegaskan pentingnya dialog dan kerja sama dengan umat beragama
lain. Rasul awam seperti Darius Leka, SH.MH., yang turut mendampingi kegiatan
ini, menyebut bahwa misi Gereja bukan hanya di altar, tetapi juga di
jalan-jalan kehidupan.
“Silaturahmi ini adalah bentuk pewartaan kasih Allah. Kita
hadir sebagai sahabat, sebagai saudara, sebagai sesama ciptaan Tuhan,” ungkap
Darius, Koordinator Kerasulan Awam Paroki Santo Paulus Depok.
Di tengah tantangan intoleransi dan polarisasi, kisah ini
menjadi pengingat bahwa Indonesia dibangun di atas fondasi Bhinneka Tunggal
Ika. Bahwa iman sejati tak pernah membangun tembok, melainkan jembatan.
Kunjungan OFM ke pesantren dan yayasan Islam bukanlah akhir,
melainkan awal dari perjalanan panjang menuju Indonesia yang lebih damai. Sebab
seperti kata Santo Fransiskus: “Tuhan, jadikanlah aku pembawa damai.”
✍️ Ditulioleh oleh seorang rasul awam Darius Leka, S.H. M.H. (Koordinator Kerasulan Awam Paroki Santo Paulus Depok)
#rasulawam #gerejakatolik #ofm #silaturahmilintasiman
#toleransi #fransiskusassisi #depokdamai #komsoskatolik #persaudaraansejati #shdariusleka #reels #foryou #fyp #jangkauanluas @semuaorang

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin