KOTA DEPOK - Pada Jumat siang, 18 Desember 2025, aula serbaguna Gedung Dibaleka II, Balai Kota Depok, menjadi saksi bisu dari sebuah peristiwa iman yang sarat makna. Ratusan pegawai Pemerintah Kota Depok yang beragama Kristiani berkumpul dalam suasana khidmat untuk merayakan Natal bersama. Ini bukan sekadar seremoni tahunan. Ini adalah sejarah. Untuk pertama kalinya, perayaan Natal secara resmi digelar bagi para pegawai Pemkot Depok, mengusung tema yang menyentuh hati: “Allah Hadir untuk Menyelamatkan Keluarga” (Matius 1:21–24).
Prosesi ibadah berlangsung dengan penuh kekhusyukan. Dimulai dari pembacaan
liturgi, pujian rohani yang menggema di seluruh ruangan, penyalaan lilin
sebagai simbol terang Kristus, hingga renungan Natal yang menggugah hati.
Setiap elemen liturgi dirancang bukan hanya untuk mengisi waktu, tetapi untuk
menyentuh batin, mengingatkan kembali bahwa Natal adalah peristiwa keselamatan
yang nyata dan personal.
Dalam Matius 1:21, malaikat berkata kepada Yusuf: “Ia akan melahirkan
anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan
menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” Inilah inti Natal: Allah tidak
tinggal diam melihat penderitaan manusia. Ia turun tangan, hadir dalam sejarah,
dan menyelamatkan kita melalui keluarga.
Gereja Katolik mengajarkan bahwa keluarga adalah Ecclesia domestica—Gereja
rumah tangga. Di sanalah iman pertama kali ditanamkan, kasih pertama kali
diajarkan, dan pengampunan pertama kali dipraktikkan. Maka, tema Natal tahun
ini bukanlah kebetulan. Ia adalah seruan profetik bagi kita semua untuk kembali
ke akar: keluarga sebagai tempat keselamatan dimulai.
Sebagai seorang aktivis kerasulan awam, saya melihat bahwa tantangan
terbesar zaman ini bukan hanya kemiskinan atau ketidakadilan, tetapi krisis
keluarga. Perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, dan hilangnya komunikasi
antaranggota keluarga menjadi luka sosial yang dalam. Maka, Natal ini adalah
panggilan untuk memulihkan keluarga—dengan kasih, pengampunan, dan kehadiran
nyata satu sama lain.
Dalam sambutannya, Wali Kota Depok, Bapak Supian Suri, menegaskan bahwa
perayaan ini bukan hanya momentum keagamaan, tetapi juga sarana memperkuat
semangat kebersamaan dan pelayanan kepada masyarakat. Ini adalah bentuk nyata
dari prinsip subsidiaritas dalam ajaran sosial Gereja: bahwa negara
dan Gereja dapat bekerja sama demi kesejahteraan umum, tanpa mencampuradukkan
peran masing-masing.
Kehadiran pemerintah dalam mendukung ruang ekspresi iman seperti ini adalah
langkah maju dalam membangun masyarakat yang inklusif dan berkeadaban. Ini juga
menjadi teladan bahwa iman bukanlah urusan privat semata, tetapi memiliki
dimensi sosial yang luas.
Perayaan Natal di Balai Kota Depok bukan hanya tentang lilin yang menyala
atau lagu yang dinyanyikan. Ia adalah tentang terang yang dibawa pulang ke
rumah, ke kantor, ke masyarakat. Ia adalah tentang kesadaran baru bahwa Allah
hadir—di tengah keluarga, di tengah pekerjaan, di tengah pelayanan publik.
Semoga perayaan ini menjadi awal dari tradisi yang terus hidup. Dan semoga
setiap pegawai, setiap keluarga, dan setiap warga Depok mengalami Natal bukan
hanya sebagai perayaan, tetapi sebagai perjumpaan dengan kasih Allah yang
menyelamatkan.
✍
Oleh: Darius Leka, S.H., M.H. - Advokat & Aktivis Kerasulan Awam Gereja
Katolik
#natalpemkotdepok2025 #allahhadiruntukmenyelamatkankeluarga #kerasulanawam
#gerejakatolik #imandanpelayanan #refleksinatal #matius12124
#pelayananpublikberiman #shdariusleka
#parokisantopaulusdepok #reels #foryou #fyp #jangkauanluas @semuaorang

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin