Senin, 22 Desember 2025

“Crīstes Maesse”; Misa Kristus dan Kerasulan Awam dalam Terang Natal

KOTA DEPOK - Kata “Christmas” yang kita kenal hari ini berasal dari frasa bahasa Inggris Kuno Crīstes Maesse, yang berarti “Misa Kristus”. Istilah ini pertama kali tercatat pada tahun 1038, menandai bahwa sejak awal, perayaan Natal tidak pernah lepas dari misteri Ekaristi. Natal bukan sekadar mengenang kelahiran Yesus di Betlehem, tetapi adalah perayaan inkarnasi kasih Allah yang hadir nyata dalam sejarah manusia—dan terus hadir dalam setiap perayaan Misa Kudus.

Dalam terang ajaran Lumen Gentium dan Christifideles Laici, Gereja menegaskan bahwa kaum awam bukanlah penonton dalam drama keselamatan, melainkan aktor utama di medan dunia. Mereka dipanggil untuk menggarami dan menerangi realitas sosial, ekonomi, hukum, dan budaya dengan semangat Injil. Kerasulan awam adalah bentuk konkret dari partisipasi umat dalam misi Gereja: mewartakan kasih Allah melalui tindakan nyata.

Di berbagai pelosok Indonesia, kerasulan awam telah menjelma menjadi gerakan yang hidup. Di Flores, komunitas basis gerejawi membentuk koperasi kredit untuk petani kecil. Di Jakarta, para advokat Katolik mendampingi korban ketidakadilan hukum. Di Kalimantan, kelompok OMK menginisiasi gerakan penghijauan dan pendidikan lingkungan. Semua ini bukan sekadar aktivitas sosial, tetapi ekspresi iman yang hidup.

Kerasulan awam tidak berjalan tanpa arah. Ia berakar pada Tradisi Suci, Magisterium Gereja, dan Kitab Suci. Dalam Gaudium et Spes, Konsili Vatikan II menegaskan bahwa “sukacita dan harapan, duka dan kecemasan manusia zaman ini, terutama kaum miskin dan siapa pun yang menderita, adalah juga sukacita dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus.” Maka, setiap tindakan kerasulan adalah partisipasi dalam misi Kristus sendiri.

Natal mengajak kita untuk menjadi palungan—tempat di mana Kristus lahir kembali dalam hati dan tindakan kita. Dalam dunia yang dilanda konflik, ketimpangan, dan krisis moral, kerasulan awam menjadi jalan untuk menghadirkan damai, keadilan, dan kasih. Seperti Maria yang menyambut Sabda menjadi daging, kita pun dipanggil untuk menjadikan hidup kita sebagai ruang inkarnasi kasih Allah.

 “Crīstes Maesse” bukan hanya seremoni liturgis, tetapi panggilan untuk menjadikan hidup sebagai misa yang hidup. Dari altar ke jalanan, dari doa ke tindakan, dari gereja ke masyarakat—itulah jalan kerasulan awam. Natal adalah saat yang tepat untuk memperbarui komitmen kita: menjadi saksi kasih Allah yang menyala dalam dunia yang haus akan harapan. (Oleh; Darius Leka, S.H., M.H. - Advokat dan Aktivis Rasul Awam Gereja Katolik)

#nataladalahkasih #kerasulanawam #gerejakatolik #misakristus #imandalamaksi #cintaallahuntukdunia #rasulawambergerak #shdariusleka #parokisantopaulusdepok #reels #foryou #fyp #jangkauanluas @semuaorang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin