ITALIA - Pada Selasa, 16 Desember 2025, mukjizat kembali terjadi di Katedral Napoli, Italia: darah Santo Yanuarius, martir abad ke-3, mencair di hadapan umat. Peristiwa ini bukan sekadar fenomena religius, tetapi juga menjadi refleksi mendalam tentang iman, harapan, dan kesetiaan umat Katolik di tengah dunia yang skeptis.
Santo Yanuarius (San Gennaro), Uskup Benevento yang wafat sebagai martir
pada masa penganiayaan Kaisar Diokletianus, telah lama dihormati sebagai
pelindung kota Napoli. Salah satu tradisi paling menakjubkan yang menyertainya
adalah fenomena pencairan darahnya yang tersimpan dalam ampul kaca di Katedral
Napoli.
Pada 16 Desember 2025, tepat pukul 10.05 waktu setempat, Keuskupan Agung
Napoli mengumumkan bahwa darah dalam ampul telah sepenuhnya mencair setelah
sebelumnya tampak setengah cair pada pukul 09.13. Prosesi pun dilakukan agar
umat dapat menyaksikan mukjizat ini secara langsung.
Fenomena ini telah menjadi perhatian ilmuwan dan teolog selama berabad-abad.
Beberapa mencoba menjelaskan secara ilmiah melalui teori tiksotropi—zat yang
berubah bentuk karena getaran atau suhu. Namun, Gereja Katolik tidak pernah
mengklaim mukjizat ini sebagai dogma, melainkan sebagai tanda iman
yang menguatkan umat.
Sebagai seorang advokat dan aktivis kerasulan awam, saya melihat bahwa mukjizat
ini bukan untuk diperdebatkan, tetapi direnungkan. Ia mengajak kita untuk
bertanya: Apakah hati kita masih mencair oleh kasih Kristus seperti darah
Santo Yanuarius?
Mukjizat bukan hanya terjadi di altar atau katedral. Ia juga hadir dalam
kehidupan sehari-hari: ketika seorang ibu tunggal tetap setia mendidik
anak-anaknya, ketika relawan komunitas Katolik membagikan makanan kepada
tunawisma, ketika seorang pengacara membela hak kaum miskin tanpa pamrih.
Di berbagai komunitas kerasulan awam, kami percaya bahwa mukjizat terbesar
adalah ketika kasih Allah diwartakan melalui tindakan nyata. Mukjizat darah
Santo Yanuarius menjadi pengingat bahwa iman yang hidup harus menjelma dalam
pelayanan yang konkret.
Mukjizat ini terjadi hanya beberapa hari menjelang Natal. Sebuah momen yang
sangat simbolis. Darah yang mencair menjadi lambang hati yang terbuka, kasih
yang mengalir, dan pengharapan yang menyala. Di tengah dunia yang penuh luka,
mukjizat ini mengajak kita untuk tidak menjadi beku oleh ketakutan, kebencian,
atau keputusasaan.
Mukjizat Santo Yanuarius bukanlah tontonan, melainkan panggilan. Panggilan
untuk percaya, untuk melayani, dan untuk menjadi saksi kasih Allah di dunia.
Mari kita sambut mukjizat ini dengan hati yang terbuka dan tangan yang siap
melayani.
Oleh: Darius
Leka, S.H., M.H. – Advokat dan Aktivis Kerasulan Awam Gereja Katolik
#shdariusleka
#reels #foryou #fyp #jangkauanluas @semuaorang #mukjizatiman #santoyanuarius
#kerasulanawam #katolikuntukdunia #kasihallahtakberhenti

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin