VATIKAN - Pada malam yang syahdu di Basilika Santo Petrus, Vatikan, dunia menyaksikan sejarah baru: Paus Leo XIV memimpin Misa Natal pertamanya sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik. Dalam homili yang menggugah, beliau tidak hanya merayakan kelahiran Sang Juru Selamat, tetapi juga menyerukan perdamaian global dan perlindungan terhadap kelompok rentan—mereka yang terpinggirkan oleh sistem, dilupakan oleh kekuasaan, dan ditinggalkan oleh dunia.
“Kristus lahir di palungan, bukan di istana. Ia hadir di
tengah kemiskinan, bukan kemewahan. Maka, di sanalah kita harus hadir: bersama
mereka yang menderita,” tegas Paus Leo XIV dalam homilinya yang disambut haru
oleh jutaan umat di seluruh dunia.
Sebagai seorang rasul awam, saya percaya bahwa seruan
Paus bukan sekadar ajakan spiritual, melainkan panggilan konkret untuk
bertindak. Dalam Lumen Gentium (LG 31), Konsili Vatikan II
menegaskan bahwa kaum awam dipanggil untuk menguduskan dunia dari dalam,
melalui karya dan kesaksian hidup mereka.
Di Indonesia, kerasulan awam telah menjelma dalam berbagai
bentuk:
- Pelayanan
Sosial: Komunitas Basis Gerejani
(KBG) di berbagai keuskupan aktif dalam pelayanan lansia, anak jalanan,
dan korban bencana.
- Pemberdayaan
Ekonomi: Koperasi umat dan pelatihan
kewirausahaan berbasis nilai Injili tumbuh di banyak paroki.
- Advokasi
Hukum: Para advokat Katolik
mendampingi korban ketidakadilan, memperjuangkan hak-hak buruh, dan
menentang korupsi.
- Pendidikan
Politik: Komunitas awam
menyelenggarakan pendidikan politik umat untuk membangun demokrasi yang
berkeadaban.
Keterlibatan awam bukanlah inovasi modern. Sejak awal,
Gereja telah mengenal para kudus awam seperti Santa Monika, Santo Thomas More,
dan Beato Pier Giorgio Frassati. Mereka menjadi teladan bahwa kesucian tidak
hanya milik altar, tetapi juga milik pasar, pengadilan, dan jalanan.
Magisterium Gereja, melalui dokumen seperti Christifideles
Laici dan Evangelii Gaudium, menegaskan bahwa kerasulan awam adalah
bagian tak terpisahkan dari misi evangelisasi. Kita dipanggil untuk menjadi
saksi Kristus di tengah dunia, bukan hanya dalam kata, tetapi dalam tindakan
nyata.
Natal bukan sekadar perayaan liturgis. Ia adalah perjumpaan
dengan Allah yang menjadi manusia, yang hadir dalam wajah mereka yang
lapar, terasing, dan tertindas. Seruan Paus Leo XIV agar kita melindungi
kelompok rentan adalah gema dari sabda Yesus sendiri: “Apa yang kamu lakukan
untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah
melakukannya untuk-Ku” (Mat 25:40).
Gereja dipanggil untuk menjadi “rumah sakit medan perang”,
bukan museum keheningan. Kerasulan awam adalah jembatan antara altar dan dunia.
Mari kita jawab seruan Natal ini dengan menghidupi iman dalam tindakan,
mewartakan kasih dan cinta Allah melalui pelayanan sosial, ekonomi, hukum, dan
kemasyarakatan.
Karena di tengah dunia yang terluka, kita semua dipanggil
menjadi tangan-tangan kasih Kristus.
Ditulis oleh: Darius Leka, S.H., M.H. – Advokat dan Aktivis Rasul
Awam Gereja Katolik
#pausleoxiv #misanatal
#kerasulanawam #gerejauntukdunia #perlindungankelompokrentan #cintakasihallah
#imandalamtindakan #katoliksosial #evangelisasizamannow #shdariusleka #tumpahruah
#misanatal2025 # #parokisantopaulusdepok #reels #foryou #fyp #jangkauanluas
@semuaorang

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin