Jumat, 08 Juli 2011

TUMBUHNYA FIRMAN TUHAN DALAM HATI KITA

Mengairi bumi....
Bacaan-bacaan yang diperdengarkan kepada kita pada hari ini adalah tentang firman Tuhan. Perumpamaan tentang firman itu digambarkan di dalam bacaan pertama dengan sangat bagus. Di sana diberitahukan (Yes 55:10-11): Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan, demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya. 

Jika di dalam bacaan pertama firman Tuhan digambarkan seperti hujan, di dalam bacaan Injil firman Tuhan digambarkan seperti benih yang ditaburkan di dalam tanah. Ada yang jatuh di pinggir jalan, di tanah yang berbatu-batu, di semak duri, dan di tanah yang baik. Firman Tuhan tidak bisa bertumbuh apabila orang yang tidak mengerti, apabila orang takut pada penganiayaan dan penindasaan, apabila orang terhimpit oleh kekuatiran tipu daya kekayaan.  Firman Tuhan hanya dapat bertumbuh di tanah yang baik. Firman Tuhan hanya dapat bertumbuh apabila dimengerti. Firman adalah kata-kata Tuhan. Kata-kata yang keluar dari diri Tuhan. Kata-kata itu sama dengan kehendak-Nya. Sebab, apa yang dikatakan-Nya, itulah pula yang dikehendaki-Nya. Tidak hanya itu, apa yang Tuhan katakan sebagai kehendak-Nya juga langsung terjadi atau terlaksana di dalam kehidupan nyata, seluruh realitas. Itulah sebabnya Tuhan tidak pernah mengingkari apa yang telah difirmankan-Nya. Dia tidak pernah bisa mengingkari diri-Nya sendiri. 

Benih yang jatuh ke tanah subur
Benih dalam bahasa Latin disebut “semen-seminis” , yang juga diartikan sebagai bibit. Maka seminari adalah tempat pembibitan, tempat dimana benih-benih disemaikan. Sedangkan tanah dalam bahasa Latin disebut “humus”. Maka, orang yang rendah hati dalam bahasa inggris disebut “humility”. Tanah selalu menerima apa saja yang dijatuhkan kepadanya. Ia menopang semua yang hidup, baik yang baik maupun yang jahat. Ketika semen ditaburkan di atas humus, maka terjadi suatu proses. Proses itu berlangsung tanpa ada sedikitpun jasa manusia. Proses itu di dalam etika lingkungan hidup disebut HARMONI, artinya ia berkembang menjadi penyeimbang seluruh tatanan realitas. Tatanan realitas yang benar-benar seimbang, bisa juga disebut sebagai hadirnya kerajaan Allah. 

Kerajaan adalah suatu wilayah kekuasaan. Maka kerajaan Allah adalah wilayah di mana Allah menguasai, meraja. Allah meraja, Allah berkuasa melalui FIRMAN, sabda, kata-kata. Kalau dikatakan kerajaan Allah itu seperti BENIH yang ditanam, maka itu berarti kata-kata Allah yang dicantolkan pada HATI manusia sehingga menjadi KEHENDAK BAIK yang mestinya diwujudkan menjadi ACTUS (tindakan, perbuatan, sikap hidup) dengan mengkomunikasikannya kepada orang lain secara jelas, benar, jujur, tepat.

Jika benih itu adalah Sabda, dan tanahnya adalah Hati manusia yang selalu siap menerima seperti tanah, maka harmoni akan tercipta ketika semua orang berkehendak baik MAU dan MAMPU bertindak atas dasar KEHENDAK BAIK itu. Semoga saja kita yang sering mendengar firman Tuhan menjadi sadar dan mengerti bahwa Tuhan sebenarnya sedang menanamkan kehendak baik dalam diri kita. Tuhan memberkati. (Oleh: Rm. Tauchen Hotlan Girsang, OFM)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin