Jumat, 27 Januari 2012

“Mari, Ikutlah Aku!”; Totalitas Panggilan dan Kerasulan Awam di Tengah Dunia

Oleh: RP. Tauchen Hotlan Girsang, OFM. – Pastor Paroki Santo Paulus Depok periode 2010-2013

KOTA DEPOK - Dalam Injil Markus 1:14–20, kita menemukan sebuah kisah yang ringkas namun revolusioner: panggilan Yesus kepada empat murid pertama—Simon, Andreas, Yakobus, dan Yohanes. Mereka bukan kaum terpelajar, bukan pula pemuka agama. Mereka hanyalah nelayan biasa. Namun, ketika Yesus berseru, “Mari, ikutlah Aku!”, mereka meninggalkan segalanya dan mengikuti-Nya. Inilah titik mula kemuridan, dan sekaligus panggilan kerasulan awam yang terus bergema hingga hari ini.

Panggilan bukanlah sekadar ajakan, melainkan sapaan kasih dari Allah yang menuntut respons total. Dalam konteks kerasulan awam, panggilan ini hadir dalam bentuk yang sangat konkret: menjadi pelayan di tengah keluarga, masyarakat, dan Gereja. Kita dipanggil untuk menjadi penjala manusia, bukan hanya dengan kata-kata, tetapi melalui kesaksian hidup yang nyata.

Yesus memulai panggilan-Nya dengan seruan: “Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” Pertobatan bukan hanya soal meninggalkan dosa, tetapi juga soal mengubah arah hidup. Dalam kerasulan awam, pertobatan berarti berpaling dari sikap apatis menuju keterlibatan aktif dalam karya keselamatan Allah. Ini adalah panggilan untuk menjadi terang di tengah kegelapan sosial, ekonomi, dan hukum yang melilit masyarakat.

Para murid tidak menawar atau menunda. Mereka langsung mengikuti Yesus. Ini adalah teladan iman yang total. Dalam kerasulan awam, kita pun dipanggil untuk melayani tanpa pamrih, tanpa menunggu waktu luang, tanpa menimbang untung-rugi. Iman yang hidup adalah iman yang bergerak, yang berani mengambil risiko demi kasih.

Kata kunci dari panggilan ini adalah “meninggalkan.” Para murid meninggalkan pekerjaan, keluarga, dan zona nyaman mereka. Ini bukan ajakan untuk mengabaikan tanggung jawab, tetapi untuk menempatkan Tuhan sebagai pusat hidup. Dalam kerasulan awam, totalitas berarti memberi waktu, tenaga, dan hati untuk pelayanan, meski harus mengorbankan kenyamanan pribadi.

Yesus tidak pernah memanggil tanpa menyediakan jalan. Ia menjamin kehidupan para murid-Nya. Paulus mengingatkan bahwa dunia ini akan berlalu, dan hanya nilai-nilai kekal yang akan bertahan. Maka, pelayanan kita bukanlah kehilangan, melainkan investasi rohani yang berbuah kekal.

Di tengah tantangan zaman—ketimpangan sosial, krisis moral, dan ketidakadilan hukum—kerasulan awam menjadi semakin relevan. Kita dipanggil untuk hadir di ruang-ruang publik, menjadi suara kenabian yang menyuarakan kebenaran dan keadilan. Dalam bidang sosial, ekonomi, hukum, dan kemasyarakatan, kerasulan awam adalah jembatan antara iman dan kehidupan nyata.

Yesus masih berseru hari ini: “Mari, ikutlah Aku!” Pertanyaannya, adakah kita cukup berani untuk meninggalkan sesuatu demi mengikuti-Nya? Adakah kita cukup percaya bahwa pelayanan kita akan diberkati-Nya? Semoga kita semua, sebagai murid-murid zaman ini, mampu menjawab panggilan itu dengan totalitas dan sukacita.

 

#panggilanmurid #kerasulanawam #imandalamaksi #totalitaspelayanan #penjalamanusia #gerejahidup #kasihallah #refleksiinjil #katolikaktif #yesusmemanggil

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin