Selasa, 03 Januari 2012

Menyambut Sang Terang; Kerasulan Awam dan Wajah Gereja yang Hidup di Paroki St. Paulus Depok

Oleh: Darius Leka, S.H., M.H. – Advokat, Aktivis Rasul Awam Gereja Katolik sekaligus Koordinator KOMSOS Paroki Santo Paulus Depok periode 2010-2013

KOTA DEPOK
- Menjelang perayaan Natal, denyut kehidupan gereja-gereja di Jabodetabek terasa semakin nyata. Di tengah hiruk-pikuk kota metropolitan, umat Kristiani—baik Katolik maupun Protestan—bergerak serempak dalam semangat menyambut kelahiran Sang Juru Selamat. Di Paroki St. Paulus Depok, suasana itu bukan sekadar simbolik, melainkan nyata dalam kerja keras, doa, dan aksi nyata yang mencerminkan semangat kerasulan awam yang hidup.

Natal bukan sekadar perayaan liturgis. Ia adalah momentum iman yang menggerakkan hati dan tangan. Di bawah kepemimpinan Bapak Andreas Sugeng Mulyono, Panitia Natal dan Tahun Baru 2012 di Paroki St. Paulus Depok menunjukkan bagaimana iman diterjemahkan dalam tindakan. “Dekorasi gereja, kandang Natal, pohon Natal, latihan koor, tenda, hingga pembersihan gereja—semuanya kami siapkan bersama. Dukungan dari Pastor Paroki, DPP/DKP, dan umat lingkungan sangat luar biasa,” ujarnya.

Keterlibatan umat lintas usia dan latar belakang dalam persiapan ini menjadi cermin dari semangat sinodalitas: berjalan bersama dalam iman, harapan, dan kasih. Ini bukan sekadar kerja panitia, melainkan kerja Gereja yang hidup.

Kerasulan awam tidak berhenti di dalam tembok gereja. Ia menjelma dalam aksi nyata yang menyentuh kehidupan masyarakat. Pada 4 Desember 2011, Panitia Natal bekerja sama dengan Seksi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) mengadakan pengobatan gratis dan donor darah. Sebanyak 74 pasien dilayani, dan 36 dari 52 pendaftar berhasil mendonorkan darahnya.

Kegiatan ini bukan hanya bentuk pelayanan, tetapi juga pewartaan kasih Allah yang konkret. Dana kegiatan sepenuhnya ditanggung oleh Seksi PSE, menunjukkan bahwa solidaritas dan tanggung jawab sosial adalah bagian integral dari iman Katolik.

Masa Adventus adalah masa penantian yang aktif. Ia bukan sekadar menunggu, tetapi mempersiapkan hati dan hidup untuk menyambut Kristus. Dalam konteks ini, kesiapan batin menjadi prioritas, namun tidak mengesampingkan kesiapan lahiriah yang mendukung suasana sakral perayaan.

Bapak Andreas berharap agar panitia di tahun-tahun mendatang semakin solid dan inovatif. “Semoga pelayanan kita semakin baik dan menjadi berkat bagi lebih banyak orang,” harapnya.

Letak strategis Gereja St. Paulus Depok menuntut perhatian khusus terhadap keamanan dan parkir. Panitia telah berkoordinasi dengan Polsek Pancoran Mas, Polres Depok, Kodim, dan Koramil. Bahkan, lahan parkir milik Gereja Pentakosta, Puri Agung, dan Kantor Pajak turut digunakan. Ini adalah contoh nyata kolaborasi lintas iman dan institusi demi kenyamanan umat.

Kisah dari Paroki St. Paulus Depok adalah potret bagaimana kerasulan awam menjadikan Gereja Katolik relevan di tengah masyarakat. Melalui aksi sosial, pelayanan liturgis, dan kolaborasi lintas sektor, umat Katolik mewartakan kasih Allah yang hidup dan menyentuh.

Natal bukan hanya tentang mengenang kelahiran Yesus, tetapi tentang menghadirkan-Nya dalam dunia yang haus akan kasih, keadilan, dan pengharapan. Dan dalam setiap tindakan kecil—dari mendekorasi gereja hingga melayani sesama—kita semua dipanggil menjadi bagian dari karya keselamatan itu.

 

#kerasulanawam #natalbersama #gerejahidup #kasihuntuksesama #stpaulusdepok #psebergerak #adventus #damainatal #imandalamaksi #katolikaktif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin