
Oleh: RP. Yoseph Selvinus Agut OFM, Komunitas Novisiat OFM Transitus Depok
KOTA DEPOK - Minggu Palma adalah pintu gerbang menuju pekan suci, saat
kita diajak menyelami misteri terdalam iman Kristiani: sengsara, wafat, dan
kebangkitan Yesus Kristus. Perayaan ini menyuguhkan kontras yang menggugah:
sukacita dan dukacita. Di satu sisi, kita melihat Yesus dielu-elukan sebagai
Raja saat memasuki Yerusalem. Di sisi lain, kita menyaksikan awal dari
penderitaan-Nya yang akan berpuncak pada salib.
Yesus disambut dengan sorak-sorai dan daun palem, simbol
kemenangan dan harapan. “Hosanna, Anak Daud! Diberkatilah Dia yang datang atas
nama Tuhan!” (Mat 21:9). Namun, di balik euforia itu, tersembunyi jalan salib
yang menanti. Inilah ziarah iman yang mengajak kita untuk tidak hanya bersorak,
tetapi juga setia berjalan bersama-Nya dalam penderitaan.
Yesus adalah Raja yang tidak datang dengan kekuatan duniawi,
tetapi dengan kelembutan dan kerendahan hati. Ia tahu bahwa sorak-sorai itu
akan segera berubah menjadi teriakan “Salibkan Dia!” Namun, Ia tidak mundur. Ia
tetap melangkah, menyatu dengan kehendak Bapa-Nya, dan memilih jalan salib demi
keselamatan umat manusia.
Dalam surat Filipi 2:6-7, Paulus menulis: “Walaupun dalam
rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang
harus dipertahankan, melainkan mengosongkan diri-Nya dan mengambil rupa seorang
hamba.” Inilah teladan cinta yang total, cinta yang tidak menuntut, tetapi
memberi diri sepenuhnya.
Minggu Palma bukan sekadar perayaan liturgis, tetapi
undangan untuk merenungkan misteri cinta Allah. Yesus tidak hanya menderita
secara fisik, tetapi juga secara batin: ditolak, dikhianati, dan disalibkan
oleh mereka yang Ia kasihi. Namun, dalam penderitaan itu, Ia tetap bersatu
dengan Bapa. Inilah kekuatan cinta yang menyelamatkan.
Sebagai umat Kristiani, kita dipanggil untuk meneladani
Yesus: menjadi pribadi yang rela berkorban, yang tidak takut menderita demi
kebenaran dan kasih. Kita diajak untuk menyambut Yesus bukan hanya dengan daun
palem, tetapi dengan hati yang sederhana dan hidup yang siap berkorban.
Dalam konteks kerasulan awam, Minggu Palma menjadi refleksi
atas panggilan kita untuk hadir di tengah dunia sebagai saksi kasih Kristus.
Kita hidup di tengah masyarakat yang sering kali lebih memilih kekuasaan
daripada pengorbanan, lebih mengagungkan kenyamanan daripada kesetiaan. Namun,
sebagai rasul awam, kita dipanggil untuk menjadi murid yang berani
menghamparkan hidupnya di jalan Yesus.
Kesederhanaan hati, keberanian untuk berkorban, dan
kesetiaan dalam penderitaan adalah tanda bahwa kita sungguh menyambut Yesus
sebagai Raja dalam hidup kita. Hanya mereka yang rela kehilangan dirinya demi
Kristuslah yang akan menemukan hidup sejati.
#minggupalma #pekansuci
#ziarahiman #kerasulanawam #yesussumberharapan #kasihyangmenyelamatkan
#gerejahidup #imandalamaksi #katolikaktif #stpaulusdepok
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin