
Oleh: RP. Stanilaus Agus Haryanto, OFM. – Pastor Vikaris Paroki Santo Paulus Depok periode 2010-2013
KOTA DEPOK - Pertanyaan ini bukan sekadar teologis, tetapi eksistensial.
Ia menyentuh inti dari iman Kristiani dan menjadi pergulatan batin yang tak
kunjung usai bagi banyak orang beriman. Mengapa Sang Putra Allah harus menempuh
jalan penderitaan hingga wafat di salib? Jawaban atas pertanyaan ini tidak
datang dari teori, melainkan dari pengalaman hidup yang dijalani dalam terang
iman.
Salib bukan sekadar simbol penderitaan, melainkan jalan
kasih yang menyelamatkan. Dalam setiap luka dan tetesan darah Kristus, kita
menemukan cinta yang tak terukur. Salib adalah altar pengorbanan, tempat di
mana Allah menunjukkan bahwa kasih-Nya lebih besar dari dosa manusia.
Dalam bacaan dari Nabi Yeremia, Allah berjanji akan
mengadakan perjanjian baru dan tidak lagi mengingat dosa-dosa umat-Nya. Ini
adalah bentuk kerahiman yang melampaui logika manusia. Allah tidak hanya
mengampuni, tetapi juga melupakan. Ia menaruh Taurat-Nya dalam hati dan batin
manusia agar kita hidup dalam terang kebenaran.
Sabda Tuhan adalah kekuatan yang membarui. Ia menghidupkan
kembali hati yang mati karena dosa. Dalam masa Prapaskah ini, kita diajak untuk
membuka hati terhadap sabda itu, agar hidup kita diubah dan diarahkan kembali
kepada Allah.
Rasul Paulus menyoroti kepekaan rasa Yesus Kristus. Sebagai
Allah dan manusia, Ia merasakan penderitaan manusia secara utuh. Ia hadir untuk
menjembatani keterputusan relasi antara manusia dan Allah akibat dosa. Dengan
ketaatan-Nya yang sempurna, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua
yang taat kepada-Nya.
Yesus tidak hanya mengajarkan ketaatan, tetapi Ia sendiri
belajar taat melalui penderitaan. Inilah teladan yang ditawarkan kepada kita:
ketaatan yang lahir dari kasih dan pengorbanan.
Yesus mengidentifikasi diri-Nya dengan biji gandum yang
jatuh ke tanah dan mati agar dapat menghasilkan banyak buah. Ini adalah
gambaran dari pengorbanan-Nya di salib. Melalui kematian-Nya, Ia membawa
penebusan dan pemulihan bagi umat manusia.
Dalam Injil Yohanes, Yesus bersabda, “Apabila Aku
ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang kepada-Ku.” Salib bukanlah
akhir, melainkan awal dari kehidupan baru. Salib adalah jalan kasih yang
membuka pintu keselamatan bagi semua bangsa.
Masa Prapaskah adalah undangan untuk mengikuti jalan Yesus:
jalan perendahan diri, jalan kasih, dan jalan pengorbanan. Kita dipanggil untuk
memiliki hati yang serupa dengan Kristus—hati yang rendah, taat, dan penuh
belas kasih.
Mari kita wujudkan iman kita dalam tindakan nyata. Mari kita
menjadi biji-biji gandum yang rela jatuh dan mati demi menghasilkan buah kasih
dan keselamatan bagi sesama. Sebab hanya dengan merendahkan diri, kita dapat
ditinggikan bersama Kristus.
#masaprapaskah #teologisalib #kerasulanawam #imandalamaksi #kasihyangmenyelamatkan #yesussumberharapan #gerejahidup #refleksiinjil #katolikaktif #stpaulusdepok
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin