Jumat, 30 Maret 2012

Yesus Kristus Menjadi Jembatan Bagi Manusia Kepada Allah


Oleh: Rm. Stanislaus Agus Haryanto, OFM
Masa Prapaska identik dengan “memahami Salib Tuhan” bahkan mungkin orang sering bertanya-tanya, “Kenapa Yesus harus memanggul Salib sampai Dia wafat di Salib?? Inilah pertanyaan yang sering menjadi pergulatan seumur hidup manusia beriman. Dan sulit untuk menemukan jawaban yang kurang lebih pas untuk melegakan siapapun yang bertanya. Dalam pergulatan hidup sehari-harilah semua orang beriman mesti mampu menemukan baginya makna jalan Salib dan wafat Yesus itu bagi hidupnya.
Berulang kali dan berbagai cara Allah berkarya dalam hidup manusia sepanjang zaman. Karya Allah itu tidak hanya nampak dalam para nabinya dahulu, tetapi juga melalui dan dengan perantaraan sabdaNya. Dan sabdaNya senantiasa membuat segalanya baru dan menghidupkan.  Pengalaman Nabi Yeremia dalam bacaan Kitab suci Minggu ini menunjukkan dimensi pembaruan hidup bagi manusia yang telah jatuh dalam perhambaan dosa. Sabda Tuhan, “ Aku akan mengadakan perjanjian baru dan tidak akan mengingat dosa lagi”, ini berupaya untuk memberikan harapan baru dan kepastian yang membawa kepada hidup bagi umat kesayangannya. Mengapa Allah justru melupakan dosa-dosa yang telah diperbuat oleh Manusia pada masa lampau??? Inilah kunci dari rahasia Kasih Allah kepada manusia yang berdosa. Yaitu “ membarui hati dan sanubari” setiap orang dengan sabdaNya. Dengan melupakan masa lampau yang gelap maka orang beriman bisa melihat cahaya terang yang akan menerangi jalan hidupnya pada hari depannya. Maka Allah berkenan menaruh “TauratNya” ( hukum Kasihnya) dalam hati dan batin  manusia agar hati dan batinnya selalu diarahkan kepada cahaya kebenaran.  Inilah kerahiman Allah yang tiada tara yang diberikan kepada kita manusia yang beriman itu. Sekarang  apakah hati dan batin kita mempunyai kemiripan dengan kerahiman dan belas kasih Allah ini??
Rasul santo Paulus dalam bacaan II, berbicara tentang “kepekaan rasa” Yesus Kristus Putra Allah. Sebagai Allah dan manusia, Kristus mempunyai kepekaan yang amat manusiawi. Kepekaan perasaan itu mau menunjuk para terputusnya komunikasi  dan relasi antara manusia dan Allah sendiri. Yang dikatakan oleh Rasul Paulus Adalah dosa dan maut. Ini terjadi karena kecenderungan manusia yang  “tidak mau taat” selalu jatuh pada pelanggaran dan dosa.  Yesus Kristus mau menjembatani keterputusan ini dengan menghadirkan diriNya sebagai silih dan teladan ketaatan yang paripurna kepada BapaNya. Walaupun Yesus sebagai Putra tunggal Bapa, namun Ia telah belajar taat terhadap apa yang dideritaNya. Dengan Ketaatan kepada BapaNya, maka Yesus mau menunjukkan “jalan” mana yang harus dilalui oleh manusia agar semua menjadi sempurna.  Semua orang ditariknya pada jalan itu karena, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua yang taat kepada-Nya.
Kehadiran Yesus Kristus di dunia (melalui sabda dan Ekaristi) bertujuan menarik semua orang pada diriNya. Dan inilah yang dikatakan oleh Kristus tatkala Dia mengungkapkan soal biji gandum yang jatuh dan mati.  Melalui pengurbanaNya, Kristus berharap dapat menarik sebanyak mungkin orang dari berbagai suku bangsa untuk mendapatkan tempat istimewa dimata Tuhan.  Bagi Yesus, meskipun hanya biji gandum dan harus jatuh, tetapi memungkinkan diri untuk tumbuh subur dan berbuah, maka demikian juga Yesus Kristus mengidentikan dengan biji gandum (rendah dan sederhana), yang harus jatuh ketanah (menggambarkan seluruh pengorbanan Kristus di salib) dan mati, ia akan menghasilkan banyak buah (menggambarkan buah-buah dari salib yaitu penebusan dan pemulihan oleh Kristus terhadap dosa manusia).  Inilah inti dari teologi Salib Tuhan Yesus Kristus dalam Injil Yohanes.  Pada masa Praska ini kita diingatkan kembali oleh Kristus dalam Sabda dan EkaristiNya, bahwa Kristus berkenan memberikan diriNya agar semua orang dapat memalui “jalan” yang ditunjukkan olehNya. Semoga “jalan” yang dilalui oleh Kristus, yaitu jalan perendahan diri kita semua menjadi orang-orang yang sungguh-sungguh rendah hati, karena Kristus sendiri rendah  hati untuk kita. Mari kita wujudkan ini semua dalam hidup iman kita, sebab Kristus bersabda, “ apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang untuk datang kepada-Ku”.  Berkah Dalem!!  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin