Jumat, 30 Maret 2012

Salib Kristus; Jalan Perendahan Diri Menuju Kemuliaan

Oleh: RP. Stanilaus Agus Haryanto, OFM. – Pastor Vikaris Paroki Santo Paulus Depok periode 2010-2013

KOTA DEPOK
- Pertanyaan ini bukan sekadar teologis, tetapi eksistensial. Ia menyentuh inti dari iman Kristiani dan menjadi pergulatan batin yang tak kunjung usai bagi banyak orang beriman. Mengapa Sang Putra Allah harus menempuh jalan penderitaan hingga wafat di salib? Jawaban atas pertanyaan ini tidak datang dari teori, melainkan dari pengalaman hidup yang dijalani dalam terang iman.

Salib bukan sekadar simbol penderitaan, melainkan jalan kasih yang menyelamatkan. Dalam setiap luka dan tetesan darah Kristus, kita menemukan cinta yang tak terukur. Salib adalah altar pengorbanan, tempat di mana Allah menunjukkan bahwa kasih-Nya lebih besar dari dosa manusia.

Dalam bacaan dari Nabi Yeremia, Allah berjanji akan mengadakan perjanjian baru dan tidak lagi mengingat dosa-dosa umat-Nya. Ini adalah bentuk kerahiman yang melampaui logika manusia. Allah tidak hanya mengampuni, tetapi juga melupakan. Ia menaruh Taurat-Nya dalam hati dan batin manusia agar kita hidup dalam terang kebenaran.

Sabda Tuhan adalah kekuatan yang membarui. Ia menghidupkan kembali hati yang mati karena dosa. Dalam masa Prapaskah ini, kita diajak untuk membuka hati terhadap sabda itu, agar hidup kita diubah dan diarahkan kembali kepada Allah.

Rasul Paulus menyoroti kepekaan rasa Yesus Kristus. Sebagai Allah dan manusia, Ia merasakan penderitaan manusia secara utuh. Ia hadir untuk menjembatani keterputusan relasi antara manusia dan Allah akibat dosa. Dengan ketaatan-Nya yang sempurna, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua yang taat kepada-Nya.

Yesus tidak hanya mengajarkan ketaatan, tetapi Ia sendiri belajar taat melalui penderitaan. Inilah teladan yang ditawarkan kepada kita: ketaatan yang lahir dari kasih dan pengorbanan.

Yesus mengidentifikasi diri-Nya dengan biji gandum yang jatuh ke tanah dan mati agar dapat menghasilkan banyak buah. Ini adalah gambaran dari pengorbanan-Nya di salib. Melalui kematian-Nya, Ia membawa penebusan dan pemulihan bagi umat manusia.

Dalam Injil Yohanes, Yesus bersabda, “Apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang kepada-Ku.” Salib bukanlah akhir, melainkan awal dari kehidupan baru. Salib adalah jalan kasih yang membuka pintu keselamatan bagi semua bangsa.

Masa Prapaskah adalah undangan untuk mengikuti jalan Yesus: jalan perendahan diri, jalan kasih, dan jalan pengorbanan. Kita dipanggil untuk memiliki hati yang serupa dengan Kristus—hati yang rendah, taat, dan penuh belas kasih.

Mari kita wujudkan iman kita dalam tindakan nyata. Mari kita menjadi biji-biji gandum yang rela jatuh dan mati demi menghasilkan buah kasih dan keselamatan bagi sesama. Sebab hanya dengan merendahkan diri, kita dapat ditinggikan bersama Kristus.

 

#masaprapaskah #teologisalib #kerasulanawam #imandalamaksi #kasihyangmenyelamatkan #yesussumberharapan #gerejahidup #refleksiinjil #katolikaktif #stpaulusdepok

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin