Jumat, 30 Maret 2012

Dari Kegelapan Menuju Terang; Refleksi Kerasulan Awam atas Janji Pembebasan

Oleh: RP. Tauchen Hotlan Girsang, OFM. – Pastor Paroki Santo Paulus Depok periode 2010-2013

KOTA DEPOK -
Kisah bangsa Israel dalam 2 Tawarikh 36:14–16.19–23 adalah cermin sejarah yang tak lekang oleh waktu. Ketika umat Allah berpaling dari perintah-Nya, menyembah berhala, menajiskan Rumah Tuhan, dan mengabaikan hari sabat, kehancuran pun tak terelakkan. Bait Allah dibakar, tembok Yerusalem diruntuhkan, dan bangsa itu dibuang ke Babel sebagai budak. Namun, di tengah reruntuhan dan keputusasaan, Tuhan menggerakkan hati Raja Koresh dari Persia untuk membuka jalan pulang dan membangun kembali Bait Allah. Di sinilah sinar pengharapan kembali menyala.

Dalam suratnya, Paulus menegaskan bahwa manusia diselamatkan bukan karena jasa, melainkan karena kasih karunia. Kita mati karena dosa, tetapi hidup kembali karena rahmat. Ini adalah pengingat bahwa pembebasan sejati datang dari Allah, bukan dari kekuatan manusia. Sebagai rasul awam, kita dipanggil untuk menjadi saksi kasih karunia ini di tengah dunia yang sering kali menilai manusia dari prestasi dan status.

Yesus, dalam percakapan-Nya dengan Nikodemus, menawarkan hidup baru melalui salib. Ia merujuk pada Musa yang meninggikan ular di padang gurun—sebuah simbol penyembuhan dan keselamatan. Demikian pula, Yesus harus ditinggikan agar setiap orang yang percaya kepada-Nya memperoleh hidup kekal. Hidup baru ini bukanlah janji kosong. Ia adalah realitas yang ditawarkan kepada setiap orang yang bersedia meninggalkan kegelapan dan berjalan dalam terang.

Kita hidup di zaman yang penuh tantangan: kemiskinan, ketidakadilan, kekerasan, dan krisis moral. Banyak yang kehilangan pekerjaan, kesehatan, bahkan harapan. Dalam situasi ini, iman kita diuji. Namun, seperti bangsa Israel, kita diajak untuk menggantungkan harapan hanya pada Tuhan.

Lebih dari itu, kita juga dihadapkan pada manusia-manusia yang memilih kegelapan: mereka yang arogan, licik, dan membenci kebenaran. Mereka menolak terang karena perbuatan mereka jahat. Namun, kita tidak boleh gentar. Kita dipanggil untuk tetap menjadi terang, menjadi saksi kasih dan kebenaran di tengah dunia yang gelap.

Sebagai rasul awam, kita memiliki peran penting dalam mewartakan kasih dan pembebasan Allah. Dalam bidang sosial, ekonomi, hukum, dan kemasyarakatan, kita dipanggil untuk menjadi suara kenabian yang membawa harapan. Kita adalah perpanjangan tangan Allah di dunia ini. Kita hadir bukan untuk menghakimi, tetapi untuk menyembuhkan. Bukan untuk menguasai, tetapi untuk melayani. Bukan untuk membanggakan diri, tetapi untuk memuliakan Tuhan.

Mari kita kembali kepada keyakinan bahwa Tuhan adalah sumber rahmat, pengharapan, dan pembebasan. Betapa pun berat tantangan yang kita hadapi, jika kita berjalan bersama Tuhan, segalanya akan menjadi lebih baik. Seperti bangsa Israel yang kembali dari pembuangan, seperti Nikodemus yang menemukan terang dalam Yesus, kita pun dipanggil untuk hidup dalam terang dan menjadi terang bagi sesama.

 

#kerasulanawam #hidupdalamterang #imandanharapan #kasihkarunia #pembebasansejati #gerejahidup #refleksiinjil #katolikaktif #yesussumberpengharapan #stpaulusdepok

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin