Rabu, 11 April 2012

Memaknai Paskah Dari PERJAMUAN PASKAH YAHUDI ke PASKAH KRISTUS menuju PASKAH KITA.

Oleh: RP. Stanislaw Agus Haryanto, OFM
Perjamuan paska orang-orang Yahudi dahulu memuat suatu tatacara yang khas dan sarat makna bagi kehidupan (mungkin juga dalam hidup kita). Kontribusi masing-masing anggota keluarga nampak dalam mengambil bagian secara aktif di dalamnya. Kesamaan, kesejajaran dan penglibatan semua unsur nampak dalam peranan masing-masing orang yang ikut perjamuan. Bayangkan diri anda sekalian terlibat dalam Perjamuan Paskah, apakah ada “rasa-rasa” seperti itu?. Mari kita belajar dari pengalaman Paskah orang-orang Yahudi.

Perjamuan Paskah
Hari raya Paskah (dahulu) Yahudi digunakan untuk memperingati  kelahiran kembali, dan melambangkan asal –usul masyarakat Yahudi. Perjamuan Paskah dilaksanakan menurut pola turun-temurun dalam setiap rumah tangga Yahudi. Ciri khas perjamuan Paskah ini adalah orang Yahudi minum dari empat cawan anggur (bahasa Ibrani disebut Yayin), yang melambangkan empat kerajaan dunia. Hal ini diatur dalam Talmud Yerusalem. Umat Yahudi makan Paskah dengan bersandar seperti halnya orang-orang kaya waktu itu, yang melambangkan kemerdekaan mereka dari perbudakan.

Tata cara Perjamuan Paskah
KADESH. Suatu berkat pembukaan dan doa yang berbunyi, “BARUKH ‘ATAH ADONAI, ‘ELOHEINU MELEKH HA’OLAM, BORE’ PERI HAGAFEN”, yang artinya: “diberkatilah Engkau Ya Tuhan, Allah kami, raja semesta alam, yang menciptakan buah anggur.” Diikuti dengan minum anggur dari cawan yang pertama dari cawan yang pertama dari keempat cawan anggur dan semangkuk sayur-sayuran dan kuah. Cawan yang pertama ini disebut cawan pengudusan (dari 4 cawan anggur yang diedarkan selama upacara tersebut). Ini juga dilakukan oleh Yesus Kristus sewaktu mengadakan perjamuan terakhir dengan para muridnya, lihat di Lukas 22:17.
UREKHATS. Adalah suatu tatacara pembasuhan tangan. Sebelum makan sayur-sayuran (yang disebut KARPAS) dan Kuah, mereka membasuh tangan (UREKHATS) terlebih dahulu. Kemudian para peserta perjamuan Paskah mencelupkan sayuran hijau ke dalam air garam dan memakannya. Inilah yang dilakukan oleh Yesus Kristus dalam Injil Yohanes 13:26-27, tatkala mengadakan perjamuan malam terakhir bersama para muridnya.
Setelah itu selesai, Kepala Keluarga (pemimpin Perjamuan) mengambil satu dari tiga roti pipih tidak beragi (ibrani;“MATSAH”), lalu memecahkannya dan menyisihkan sebagian. Pada setiap meja Perjamuan Paska selalu disiapkan sebuah tas kain yang dinamakan “MATSAH TOSY”, tas ini biasanya berbentuk persegi atau bundar yang diletakkan diatas meja. Di dalam tas ini ada tiga potongan roti tak beragi. Pada langkah berikut, pemimpin Perjamuan Paskah mengambil roti yang ditempatkan dibagian tengah dan memecahnya menjadi dua. Inilah yang dilakukan oleh Yeus Kristus dalam Injil Mateus  26;26 dan Injil Lukas 22:19. Potongan terbesar dibungkus pada kain dan disisihkan untuk dimakan kemudian diakhir Perjamuan.
Kemudian Kepala keluarga menceritakan kepada anggota keluarga tentang kisah Paska. Dan nyanyian Mazmur 113 dan Mazmur 114 di nyanyikan. Kisah penetapan Paskah (MAGID) diucapkan, Mazmur 113 dinyanyikan. Kisah penetapan Paskah ditutup dan pada saat ini cawan anggur ke-2 diisi lalu diedarkan dan diminum oleh peserta perjamuan.
Kemudian acara makan utama dilaksanakan, semua orang mencuci tangannya. Sebuah doa mohon berkat untuk makanan diucapkan, doa berkat itu berbunyi; “BARUKH ‘ATAH ADONAY, ‘ELOHEINU MELEKH HA’OLAM HAMOTSI LEKHEM MIN HA’ARETS”, yang artinya: “diberkatilah Engkau ya Tuhan, Allah kami, raja semesta alam yang menghasilkan roti di bumi “,  maka dimakanlah makanan utama (SHULKHAN ‘OREKH) yang terdiri dari daging panggang (daging domba) dan roti tak beragi (MATSAH) dan sayur pahit (MAROR) berurut-urutan. Sayur pahit ini melambangkan pahit getirnya selama perbudakan ditanah Mesir. Kemudian Kepala Keluarga kembali mengambil roti tidak beragi (MATSAH) yang sudah disisihkan sebelumnya. Kemudian Matsah dan Maror dimakan bersama-sama dalam acara yang disebut KOREKH, disusul makan potongan roti yang sudah disisihkan. Dan sesudah berdoa lagi maka diminumlah cawan ke-3 cawan penebusan. Inilah yang dilakukan oleh Yesus Kristus dalam Injil Lukas 22:20.
Upacara ini ditutup dengan nyanyian dalam Mazmur 114-118 (HALEL, atau “HALELUYAH”) dinyanyikan sebagai ucapan syukur dan cawan ke-4 (anggur terakhir) diminum, dan pintu rumah dibuka sebagai simbol menyambut kedatangan ELIA yang akan datang dan memberitahukan kedatangan Mesias.

Acara terakhir dalam Perjamuan Paskah adalah menyanyikan kidung pujian. ( Matius 26:30 dan Markus 14:26),

Dari penelusuran mengenai tradisi Perjamuan Paskah orang Yahudi ini, kita sangat merasakan khasanah yang khas kekeluargaan dan keharmonisan dalam keluarga. Kepala keluarga bertindak sebagai kepala atau pemimpin Perjamuan berupaya membawa semua peserta dalam keadaan barokhah atau mendapat berkat. Satu persatu diperhatikan dan dilayani sedemikian rupa dan adil serta sejahtera. Tidak ada yang terlewatkan, anggota keluarga yang paling kecil pun di rengkuh (diakomodir) nya. Suatu perjamuan kebersamaan yang jarang terjadi (mungkin) di dunia hidup manusia sekarang inibukan?

Perjamuan Paskah Yesus Kristus.
Yesus Kristus hidup dan menghidupi tradisi nenek moyang orang Yahudi. Maka salah satu tanda untuk menumbuhkan rasa ke-Yahudi-anNya, Dia berupaya menghidupi tradisi Yahudi dan ikut terlibat di dalamnya. Tentunya dengan cara dan konteks tertentu  Yesus berupaya untuk memaknai secara baru Perjamuan Paskah-Nya.
Dalam Injil Matius 26:17-25 (juga dalam Mrk 14:12-21, Lk 22:7-14;21-23 dan Yoh 13:21-30), di kisahkan bagai mana Yesus menghendaki ingin merayakan Perjamuan paskah bersama murid-muridNya., “waktuKu hampir tiba; di dalam rumahmulah, Aku mau merayakan Paskah bersama dengan murid-muridKu.”  Dari kisah ini jelaslah bahwa Yesus sangat tertarik untuk melakukan Perjamuan bersama dengan murid-muridNya. Maka terjadilah perjamuan “ Malam bersama” murid-muridNya. Yang kemudian terkenal dengan istilah, Perjamuan Malam Terakhir bersama para murid. Mengapa demikian, karena setelah itu Yesus tidak lagi makan bersama dengan murid-muridnya. Dalam perjamuan Malam terakhir itu, Yesus melakukan apa yang dilakukan oleh Kepala Keluarga Yahudi ketika memimpin Perjamuan Paskah. Persis seperti itu semua dilakukan oleh Yesus, hanya perbedaannya adalah; Yesus mengubah rumusan doa berkat atas roti dan anggur dengan  kata-kataNya sendiri.  Atas roti Yesus berdoa, “ Ambilah, makanlah, Inilah Tubuhku.” Dan atas anggur Yesus berdoa; “ Minumlah kamu semua dari cawan ini. Sebab inilah darahKu, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.” (Mat 26;26-28). Inilah yang dilakukan oleh Yesus Kristus ketika menetapkan Perjamuan Malam terakhir bersama muridNya. Ada kekhasan yang nampak dalam Perjamuan Yesus itu, yaitu dari awalnya Perjamuan Paska yahudi menjadi Perjamuan Malam terakhir Yesus. Yesus melakukan suatu pemugaran dalam segi tertentu namun tidak mengubah esensinya. Yesus mengganti doa berkat roti dan anggur dengan doa berkatNya sendiri. Suatu aliran pewarisan tradisi yang telah mengalami suatu pemugaran dengan makna baru yaitu dari perjanjian lama (Yahwe bersama Israel) ke dalam berjanjian baru ( Yesus pokok perjanjian itu sendiri dengan umatNya = murid-muridNya).

Perjamuan Malam terakhir dan Penetapan Ekaristi
Para muridlah yang pertama menjadi peserta Perjamuan Malam terakhir bersama dengan Yesus Kristus. Perjamuan malam terakhir ini dipahami para murid sebagai perjamuan Paskah seperti halnya orang-orang Yahudi pada saat itu. Disinia ada kesalah pahaman pengertian antara maksud para murid dengan Yesus sendiri. Para murid tidak mengerti. Namun dengan rentetan-rentetan peristiwa berkaitan dengan Yesus dan salinNya, maka lambat laun para murid menjadi mengerti. Suatu proses “untuk mengerti” harus melalui peristiwa hidup yang mungkin cukup tragis. Demikian juga yang dialami oleh Yesus.
Yesus bermaksud dengan perjamuan malam terakhir ini mau mengantisipasikan peristiwa yang akan menimpaNya. Itulah peristiwa salib, sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Kata-kata Yesus dalam Perjamuan terakhir berupaya memberikan pengertian bagi murid bahwa, Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk dalam kemuliaanNya? (Lukas 24:26). Kata-kata dan doa Yesus Kristus dalam perjamuan terakhir ini adalah menggambarkan diri-Nya yang akan menjadi peristiwa salib. Yesus Kristuslah yang sebenarnya menjadi Kurban pepulih dosa manusia.  Jadi, melalui perjamuan malam terakhir inilah Yesus memberikan warisan yang takkan pernah pudar bagi para murid Kristus dulu dan murid Kristus dewasa ini. Mengapa demikian, karena dalam Perjamuan Malam terakhir itu, sekaligus menjadi penetapan bagi Perjamuan Ekaristi sekarang ini. Dengan kata lain Yesus Kristus menghendaki agar para muridnya (umat) senantiasa mengenangkan peristiwa kurban Kristus disalib melalui pengenangan kembali peristiwa salib; sengsara, wafat dan kebangkitannya melalui dan hanya melalui Ekaristi. Jadi Ekaristi kudus merupakan Perjamuan kembali bersama Kristus yang bangkit, atau Paskah Kristus sendiri.

Ekaristi merupakan Peringatan Kurban Kristus dan Kurban tubuhNya, yaitu Gereja.
Ekaristi adalah kenangan akan Paskah Kristus, di mana kurban Kristus yang Tunggal dihadirkan dan secara sakramental dipersembahkan dalam liturgi Gereja, tubuh Kristus. Dalam semua doa syukur Agung sesudah kata-kata institusi (kata-kata Kristus sendiri) terdapat suatu doa yang di sebut anamnesis, artinya peringatan, kenangan. Dengan istilah yang demikian, Kitab Suci memaksudkan bukan hanya kenangan akan peristiwa di masa lampau, melainkan juga perbuatan besar yang dikerjakan Allah bagi manusia (bdk. Kel 13:3). Dalam perayaan liturgi perbuatan besar Allah itu dihadirkan dan diaktualisasikan. Gereja memperingati Paskah Kristus yang dihadirkan dalam Perayaan Ekaristi; Kurban Kristus yang sekali untuk selama-lamanya dipersembahkan di kayu salib, merupakan kenyataan hidup yang tinggal senantiasa (bdk. Ibr 7:25-27). “Setiap kali kita merayakan di atas altar, kurban salib di mana Kristus, Anak Domba Paskah kita, disembelih, karya penebusan kita dilaksanakan.” (lih LG art.3.)
Justru karena penghadiran,secara kenangan sakramental, misteri paskah Kristus, maka Ekaristi Kudus itu juga merupakan kurban dan ciri corak kurban itu terungkap dalam kata-kata institusi sendiri: “ Inilah TubuhKu yang di serahkan bagi kamu” dan “ Cawan ini adalah perjanjian Baru oleh darahKu, yang ditumpahkan bagi kamu” (Luk 22:19-20). Jadi, alasan Ekaristi itu kurban ialah karena kurban salib dihadirkan oleh Ekaristi, kenangkan olehnya dan buah-buah kurban salib diterapkan oleh Ekaristi. Di Golgota tempo dulu dan dalam Ekaristi sekarang ini persembahannya sama, tetapi cara mempersembahkannya berbeda. Kristus yang satu dan sama dahulu mempersembahkan diri di kayu salib dengan meneteskan darah, kini melalui pelayanan para imam diatas altar secara tak berdarah.

Perjamuan Paskah dan buah-buah Ekaristi
Selain kurban yang mengabadikan kurban Kristus disalib, perayaan ekaristi juga merupakan perjamuan yang terdiri dari persekutuan dengan tubuh dan darah Tuhan.  Perayaan kurban Ekaristi terarah seluruhnya kepada persatuan mesra kaum beriman dengan Kristus melalui komuni.  Dengan menyambut komuni kudus, umat menerima Kristus sendiri yang telah mengurbankan diri bagi kita. Tuhan mendesak agar kita menyambut-Nya dalam sakramen Ekaristi: “ Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak akan mempunyai hidup di dalam dirimu (Yoh 6:53).
Maka harapan Tuhan Yesus, kita dapat memberikan buah-buah hidup dari diri kita setelah menerima Ekaristi Kudus dengan:
  • Kesatuan mesra dengan Kristus ditumbuh kembangkan sehingga kita dengan semakin erat tinggal di dalam  Dia dan Dia  di dalam kita.
  • Umat dibersihkan dari dosa yang telah dilakukannya, dan dihindarkan dari dosa di masa depan, mengingat tubuh Kristus itu telah diserahkan untuk kita demi pengampunan dosa.
  • Kesatuan tubuh mistik Kristus di datangkan melalui perayaan Ekaristi sebab para pesertanya dipersatukan secara lebih erat dengan Kristus, bersama Kristus dan dalam Kristus.
  • Umat diharapkan semakin tetap solider dengan sahabat-sahabat Kristus yang lain (bdk. Mat 25:40).
  • Semoga tulisan ini membatu kita sekalian untuk mengalami dan memaknai perayaan Paskah secara baru dan hidup dan panggilan kita.  Segalanya mungkin sudah ada dan demikian adanya, namun apakah kita akan membiarkan begitu saja?? Tergantung dari anda sekalian. Mari kita berbagi dalam hidup ini.

Selamat Paskah... Berkah Dalem!

1 komentar:

  1. Jika ada yang minat dengan relief perjamuan dari kayu silahkan kunjungi website kami di http://www.jayaantikafurniture.com dan untuk pemesanan silahkan hubungi kami di jeparacarving@yahoo.com atau HP 081390433160 pin BB 76606632 atau WhatsApp 08985247305

    BalasHapus

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin