KOTA DEPOK - Dalam denyut kehidupan umat Katolik Paroki St. Paulus Depok, Paskah 2012 bukan sekadar perayaan liturgis tahunan. Ia adalah momentum kebangkitan spiritual yang menyentuh akar terdalam dari misi Gereja: membentuk generasi penerus yang beriman, misioner, dan benar-benar Katolik.
Keuskupan Bogor menetapkan tahun 2012 sebagai Tahun Anak dan Remaja dengan
tema besar: “Membangun Gaya Hidup Iman Anak dan Remaja yang Misioner.”
Ini bukan sekadar slogan, melainkan panggilan konkret bagi seluruh elemen
Gereja—keluarga, paroki, sekolah, dan komunitas—untuk menanamkan nilai-nilai
Kristiani sejak dini.
Dalam surat gembala Prapaskah 2012, Mgr. Michael Cosmas Angkur, OFM,
mengingatkan bahwa mendidik anak adalah tugas utama orangtua. Ia mengutip sabda
Yesus, “Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku dan jangan menghalang-halangi
mereka” (Luk 18:16). Seruan ini menjadi dasar teologis sekaligus moral bagi
setiap keluarga Katolik untuk menjadi ecclesia domestica—Gereja mini
tempat iman bertumbuh dalam kasih, doa, pelayanan, dan kesaksian.
Konsili Vatikan II menegaskan bahwa keluarga adalah tempat pertama dan utama
pendidikan iman. Dalam konteks kerasulan awam, keluarga bukan hanya penerima
ajaran, tetapi juga pelaku pewartaan. Di sinilah peran orangtua sebagai rasul
awam menjadi vital: menjadi garda terdepan dalam membentuk karakter Kristiani
anak-anak mereka.
Liturgia, diakonia, martyria, dan kerigma bukan sekadar istilah teologis,
melainkan praksis hidup sehari-hari. Ketika keluarga berdoa bersama, melayani
sesama, dan menjadi saksi kasih Kristus, maka Gereja mini itu hidup dan
berbuah.
Perayaan Trihari Suci di Paroki St. Paulus Depok tahun itu berlangsung
khidmat dan meriah. Ribuan umat memadati gereja yang terletak strategis di
Jalan Melati Nomor 4, Depok Lama. Misa-misa dipimpin oleh para imam dari OFM dan
Novisiat Transitus, termasuk Pastor Tauchen Hotlan Girsang, OFM dan Pastor
Stanislaus Agus Haryanto, OFM.
Dalam homilinya pada malam Paskah, Pastor Tauchen mengajak umat untuk
menanggalkan “manusia lama” dan bangkit bersama Kristus. “Kristus telah menang
mengalahkan maut. Semoga kita juga mengalami kemenangan atas sikap dan karakter
yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan,” serunya penuh semangat.
Sementara itu, Pastor Urbanus Kopong Ratu, OFM, dalam misa Minggu Paskah
menegaskan pentingnya menjadi “manusia Katolik yang sejati.” Ia mengingatkan
anak-anak Bina Iman agar tidak menjadi “Katolik napas”—yang hanya muncul saat
Natal dan Paskah—melainkan menjadi pribadi yang hidup dalam Kristus setiap
hari.
Kegiatan Paskah 2012 juga menjadi cermin nyata dari semangat kerasulan awam.
Komunitas BIA dan BIR, didukung oleh para orangtua dan relawan,
menyelenggarakan berbagai kegiatan pembinaan iman, doa bersama, dan aksi
sosial. Ini adalah bentuk nyata dari keterlibatan umat dalam bidang sosial,
hukum, dan kemasyarakatan—sebuah panggilan untuk mewartakan kasih Allah dalam
tindakan nyata.
Paskah bukan hanya tentang liturgi, tetapi tentang transformasi hidup. Dalam
terang kebangkitan Kristus, umat diajak untuk menjadi terang dan garam dunia.
Gereja Katolik, melalui kerasulan awam, terus bergerak—dari altar ke jalanan,
dari doa ke pelayanan, dari refleksi ke aksi.
Sebagai advokat dan aktivis kerasulan awam, saya percaya bahwa iman yang
hidup adalah iman yang bekerja. Dan Paskah 2012 di Paroki St. Paulus Depok
adalah bukti bahwa Gereja hidup, tumbuh, dan terus mewartakan cinta Allah
kepada dunia.
✍️
Oleh: Darius Leka, S.H., M.H.
#paskah2012 #gerejamini #kerasulanawam #imananakremaja #katolikmisioner #stpaulusdepok #cintaallahuntukdunia #bia #bir #gerejahidup #ecclesiadomestica

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin