Senin, 16 April 2012

“Datang dan Makanlah”; Perjumpaan dengan Kristus dalam Kehidupan Sehari-hari

Oleh: Prof. Dr. RP. Alex Lanur, OFM, Guru besar STF Driyarkara yang merupakan bagian dari Komunitas Novisiat OFM Transitus Depok

KOTA DEPOK - Dalam dunia yang semakin bising oleh hiruk-pikuk informasi, sering kali kita kehilangan kepekaan terhadap suara yang paling lembut namun paling penting: suara Tuhan. Perumpamaan, pengalaman, bahkan kata-kata sederhana yang kita ucapkan sehari-hari, seringkali luput dari makna rohaninya. Namun, justru dalam kesederhanaan itulah Tuhan menyapa.

Kisah Maria Magdalena di kubur kosong (Yoh 20:11–18) bukan sekadar narasi Paskah, melainkan cermin dari pengalaman batin banyak orang. Maria mencari Yesus yang telah mati, tak menyadari bahwa Dia yang hidup berdiri di hadapannya. Hanya ketika Yesus memanggil namanya, “Maria!”, ia mengenal-Nya.

Saya pun pernah berada dalam titik nadir, dalam kehampaan yang membuat saya merasa Allah telah mati bagi saya. Namun, dalam keheningan itu, saya mendengar-Nya memanggil: “Engkau ini kepunyaan-Ku” (Yes 43:1). Sebuah sabda yang menghidupkan kembali harapan, membangkitkan iman yang nyaris padam.

Lukas 24:13–36 mengisahkan dua murid yang berjalan ke Emaus, kecewa dan kehilangan arah. Mereka tidak mengenali Yesus yang berjalan bersama mereka. Namun, ketika Ia memecah roti, mata mereka terbuka. “Bukankah hati kita berkobar-kobar ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?”

Sebagai aktivis kerasulan awam, saya sering menyaksikan bagaimana sabda Tuhan menyentuh hati umat dalam kegiatan komunitas: saat kami berbagi makanan dengan kaum miskin, saat kami mendampingi korban ketidakadilan hukum, atau saat kami mengadakan pelatihan ekonomi bagi keluarga prasejahtera. Dalam setiap tindakan itu, Kristus hadir, berjalan bersama kami, meski kadang tak kami sadari.

Yohanes 21:1–14 menggambarkan para murid yang kembali melaut, namun gagal. Di pagi hari, Yesus menanti mereka di pantai, memberi petunjuk, dan menyiapkan sarapan. Dalam perjumpaan itu, mereka mengenali-Nya.

Begitu pula dalam kerasulan awam. Banyak kali kami merasa jala kami kosong: advokasi yang tak digubris, program sosial yang tak berlanjut, atau umat yang apatis. Namun, Tuhan tetap menanti di pantai, menyapa, dan mengundang: “Datanglah dan makanlah!” Ia menyatukan kami dalam perjamuan kasih, menjadikan kami saudara dan saudari dalam satu tubuh Kristus.

Paskah bukan hanya perayaan liturgis, melainkan peristiwa hidup. Ia adalah undangan untuk bangkit dari keputusasaan, untuk mengenali Kristus dalam sesama, dan untuk mewartakan kasih Allah melalui tindakan nyata. Dalam kerasulan awam, kami bergerak di bidang sosial, ekonomi, hukum, dan kemasyarakatan—bukan demi nama, tetapi demi cinta.

Kami percaya bahwa setiap orang dipanggil demi nama-Nya, untuk hidup dalam kebersamaan yang menggembirakan dan membahagiakan. Kami percaya bahwa mukjizat terbesar adalah hidup itu sendiri, dan bahwa setiap hari adalah Paskah baru, kesempatan baru untuk membaharui dunia.

 “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok…” (Why 3:20). Kristus tidak memaksa masuk. Ia menunggu. Dan ketika kita membuka pintu, Ia masuk, makan bersama kita, dan mengubah hidup kita.

Mari kita menjadi pribadi yang peka terhadap sapaan-Nya. Mari kita menjadi Gereja yang hidup, yang hadir di tengah dunia, yang mewartakan kasih dan cinta Allah kepada semua orang.

 

#paskahsetiaphari #kristusbangkit #kerasulanawam #gerejahidup #imandalamtindakan #perjumpaandengankristus #kebangkitandankehidupan #rasulawam #katolikaktif #tandakasihallah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin