![]() |
| Oleh: RP. Yoseph Selvinus Agut OFM, Komunitas Novisiat OFM Transitus Depok |
Menjadi saksi bukanlah tugas ringan. Ia menuntut penyerahan diri secara
total, pengorbanan, dan kesetiaan untuk mengikuti jejak Kristus. Namun, di
tengah dunia yang semakin terjebak dalam egoisme, individualisme, konsumerisme,
dan hedonisme, menjadi saksi terasa seperti menantang arus besar. Segala
sesuatu kini diukur dengan untung-rugi, bukan kebenaran. Bahkan tindakan iman
pun sering kali dipertanyakan relevansinya.
Alm. Romo Mangunwijaya pernah menyuarakan kegelisahan ini. Ia menyebut bahwa
tindakan demi agama kini dianggap penuh risiko dan sarat kegagalan. Budaya
instan dan mentalitas menjiplak telah menggerus keberanian untuk menjadi
otentik. Padahal, nilai-nilai religiositas justru menampilkan kejujuran
terdalam manusia. Ketika manusia mengarahkan hidupnya kepada Tuhan, ia akan
merasa rapuh, berdosa, dan terus-menerus dipanggil untuk bertumbuh.
Kebangkitan Kristus adalah wujud konkret solidaritas Allah terhadap manusia.
Ia tidak tinggal di surga, tetapi turun ke dunia, menderita, wafat, dan bangkit
demi keselamatan kita. Solidaritas ini bukan sekadar empati, tetapi
keterlibatan total dalam penderitaan manusia.
Sebagai umat Kristiani, kita dipanggil untuk meneladani solidaritas ini.
Bukan hanya dalam perjuangan sosial dan hak asasi, tetapi terutama dalam relasi
kita dengan Allah. Solidaritas kepada sesama harus berakar pada solidaritas
kepada Allah yang lebih dahulu solider kepada kita.
Dalam kerasulan awam, solidaritas ini menjelma dalam berbagai bentuk:
pendampingan hukum bagi yang tertindas, pemberdayaan ekonomi bagi yang miskin,
pendidikan bagi yang terpinggirkan, dan pelayanan sosial bagi yang terabaikan.
Semua ini bukan sekadar aksi sosial, tetapi perwujudan iman yang hidup.
Solidaritas sejati mengandaikan penghargaan terhadap martabat manusia. Dalam
setiap orang, kita melihat wajah Kristus. Maka, kita tidak boleh memperlakukan
sesama sebagai alat, tetapi sebagai partner dalam karya keselamatan. Gereja,
melalui kerasulan awam, menjadi saksi bahwa setiap manusia layak dicintai,
dihormati, dan dilayani.
Kita masih berada dalam suasana Paskah—suasana sukacita dan harapan. Kebangkitan
Kristus adalah janji bahwa yang buruk dapat diubah menjadi baik, yang sedih
menjadi sukacita, yang berdosa menjadi ditebus. Seperti Petrus yang akhirnya
berani bersaksi, kita pun dipanggil untuk menjadi saksi di tengah dunia.
Menjadi saksi berarti hidup dalam terang kebangkitan. Artinya, kita tidak
menyerah pada kegelapan dunia, tetapi terus menyalakan lilin harapan. Kita
tidak hanya percaya, tetapi juga bertindak. Kita tidak hanya berdoa, tetapi
juga melayani.
#saksikebangkitan #solidaritaskristiani #kerasulanawam #gerejahidup
#imandalamtindakan #martabatmanusia #paskahsetiaphari #kristusbangkit
#rasulawam #cintaallahuntukdunia

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin