Jumat, 23 November 2012

Indonesian Youth Day 2012; Makin Beriman, Makin MengIndonesia


SANGGAU - Di tengah derasnya arus globalisasi dan tantangan zaman yang kian kompleks, Gereja Katolik Indonesia menegaskan kembali peran strategis Orang Muda Katolik (OMK) sebagai garda depan pewartaan iman dan pembawa harapan masa depan. Indonesian Youth Day (IYD) 2012 menjadi tonggak penting dalam sejarah konsolidasi nasional OMK, yang bukan hanya merayakan iman, tetapi juga menegaskan identitas kebangsaan.

Gagasan IYD berakar dari semangat Beato Yohanes Paulus II yang mencetuskan World Youth Day pada 1985. Euforia ini kemudian melahirkan Asian Youth Day pada 1995, dan akhirnya menginspirasi Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) untuk menyelenggarakan IYD pertama pada 21–26 Oktober 2012 di Keuskupan Sanggau, Kalimantan Barat.

Dengan tema besar “Berakar, Dibangun dalam Yesus Kristus, Berteguh dalam Iman” dan subtema “Makin Beriman, Makin MengIndonesia,” IYD 2012 menjadi ruang perjumpaan iman, budaya, dan kebangsaan yang menyatukan ribuan OMK dari seluruh penjuru Nusantara.

IYD bukanlah peristiwa instan. Dua tahun sebelum acara puncak, semangatnya telah digemakan melalui berbagai kegiatan Pra-IYD: perarakan Salib Suci IYD secara estafet, Misa Kaum Muda, lomba jingle dan logo, serta diskusi-diskusi OMK. Semua ini menjadi sarana formasi dan konsolidasi yang memperkuat identitas OMK sebagai pewarta yang aktif dan dinamis.

Pontianak, Sintang, dan Sanggau dipilih sebagai lokasi live-in dan acara puncak. Ketiga kota ini memiliki basis umat Katolik yang kuat dan pengalaman dalam menyelenggarakan Youth Day tingkat keuskupan. Kehadiran ribuan OMK menjadi momen perjumpaan lintas budaya yang memperkaya Gereja lokal dan nasional.

Nilai-Nilai yang Ditanamkan

IYD menanamkan enam nilai utama yang menjadi fondasi formasi OMK:

  • Persaudaraan: membangun relasi lintas budaya dan keuskupan.
  • Kebangsaan: menumbuhkan cinta tanah air dalam terang iman.
  • Solidaritas: peduli terhadap sesama dan yang terpinggirkan.
  • Ekologi: mencintai dan merawat ciptaan.
  • Magis: semangat untuk melakukan yang lebih baik.
  • Iman: memperdalam relasi pribadi dengan Kristus.

Metode formasi yang digunakan adalah see-judge-act, sedangkan suasana yang dibangun bersifat animatif, reflektif, dan selebratif—tanpa meninggalkan ciri khas OMK yang penuh semangat dan kreativitas.

Sebagai aktivis kerasulan awam, saya melihat IYD sebagai momentum strategis untuk membentuk OMK sebagai agen perubahan. Dalam dunia yang terus berubah, Gereja membutuhkan orang muda yang berakar dalam Kristus dan berani bersuara di ruang publik. IYD bukan hanya perayaan, tetapi panggilan untuk menjadi terang dan garam dunia.

OMK bukan sekadar pelengkap Gereja, tetapi pilar masa kini dan masa depan. Melalui IYD, mereka diajak untuk keluar dari zona nyaman, membuka perspektif, dan membangun dialog lintas keuskupan. Inilah wajah Gereja yang hidup: muda, dinamis, dan penuh harapan.

 

Oleh: Theodorus Chresma Hary Saputro (OMK Paroki Santo Paulus Depok, Lingkungan Santo Christophorus)

#iyd2012 #orangmudakatolik #makinberimanmakinmengindonesia #kerasulanawam #gerejahidup #omkindonesia #cintaallahuntukdunia #solidaritasomk #imandankebangsaan #omkberkarya #shdariusleka #reels #foryou #fyp #jangkauanluas @semuaorang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin