Senin, 27 Maret 2017

“Dari Batujajar ke Timor; Persahabatan, Pengabdian, dan Jejak Iman dalam Sejarah Militer Indonesia”

TIMOR
- Di balik sejarah militer Indonesia yang penuh gejolak, tersimpan kisah-kisah persahabatan, pengkhianatan, dan pengabdian yang tak banyak diketahui publik. Di antara nama-nama besar yang mengukir jejak dalam operasi-operasi penting republik ini, nama Benny Moerdani, Dading Kalbuadi, Aloysius Sugianto, dan Agus Hernoto berdiri sebagai saksi hidup dari era yang membentuk wajah pertahanan dan intelijen Indonesia modern.

Segalanya bermula di Batujajar, markas Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD)—cikal bakal Kopassus. Di sinilah Benny Moerdani, Dading Kalbuadi, dan Aloysius Sugianto ditempa. Mereka bukan sekadar rekan seangkatan, tetapi juga saudara seperjuangan yang dibentuk oleh semangat revolusi dan idealisme kemerdekaan.

Benny, yang belum pernah ikut latihan terjun payung, berhasil memimpin pasukan merebut Bandara Pekanbaru dalam sebuah operasi. Keberaniannya membuatnya disematkan wing penerjun oleh atasannya. Momen itu diabadikan oleh Dading, sahabatnya, yang kelak menjadi komandan lapangan dalam Operasi Seroja.

Namun, sejarah tak selalu berjalan mulus. Peristiwa Kranji 1955 menjadi noda dalam tubuh RPKAD. Ketika Mayor R.A. Djaelani menyeret pasukannya dalam manuver politik, para prajurit merasa dikhianati. Kekacauan pecah di asrama Batujajar. Benny, yang baru pulih dari perawatan, menjadi satu-satunya perwira yang dipercaya oleh prajurit yang marah. Dengan ketegasan dan ketenangan, ia mencegah pertumpahan darah. “Taruh, taruh itu semua senjata!” serunya. Dan para prajurit pun menyerah.

Peristiwa ini menunjukkan karakter Benny: pemimpin yang dihormati karena integritas, bukan pangkat. Ia tak melupakan mereka yang setia. Ketika Kolonel Moeng hendak menyingkirkan prajurit-prajurit cacat, termasuk Agus Hernoto yang kehilangan kaki dalam operasi di Irian Barat, Benny berdiri membela mereka. Namun sikap ini membuatnya dikeluarkan dari RPKAD.

Setelah didepak, Benny ditampung oleh Ali Moertopo dan masuk ke dunia intelijen. Bersama Sugianto, ia menjadi agen lapangan di Asia Tenggara. Mereka terlibat dalam operasi-operasi rahasia, termasuk Operasi Komodo dan Flamboyan—dua strategi berbeda untuk menyatukan Timor Portugis ke dalam pangkuan Indonesia.

Dalam Operasi Seroja, Benny, Dading, Sugianto, dan Agus kembali bersatu. Dading memimpin pasukan elit, Agus menjadi perwira intel lapangan, dan Benny mengatur strategi dari pusat. Mereka bukan hanya prajurit, tetapi juga sahabat yang saling menjaga. “Ini mungkin one way ticket,” kata Benny kepada Dading. Tapi Dading menjawab, “Sudahlah Ben, tak apa-apa. Saya kerjakan... tapi tolong, titip keluarga saya, kalau nanti saya tidak kembali.”

Dading kembali dengan selamat. Ia, Benny, dan Agus menjadi legenda di kalangan baret merah. Mereka bukan hanya pejuang, tetapi juga manusia yang setia pada nilai, pada sahabat, dan pada bangsa.

Sebagai aktivis kerasulan awam, saya melihat kisah ini bukan hanya sebagai sejarah militer, tetapi juga sebagai kisah iman. Di tengah medan tempur, para prajurit ini mempertaruhkan nyawa bukan hanya demi tanah air, tetapi juga demi nilai-nilai luhur: kesetiaan, keberanian, dan pengorbanan.

Dalam terang Injil, Yesus berkata, “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yohanes 15:13). Benny, Dading, dan Agus telah menunjukkan kasih itu—dalam bentuk yang paling konkret dan heroik.

Kini, tugas kita sebagai kerasulan awam adalah mewarisi semangat mereka. Kita mungkin tidak berada di medan tempur, tetapi kita berada di medan sosial, ekonomi, hukum, dan kemasyarakatan. Kita dipanggil untuk menjadi pejuang kasih, pembela keadilan, dan penjaga martabat manusia.

Karena pada akhirnya, sejarah bukan hanya untuk dikenang, tetapi untuk dijadikan inspirasi. Dan kasih Allah bukan hanya untuk diimani, tetapi untuk diwujudkan—di mana pun kita diutus.

Oleh: Darius Leka, S.H., M.H., Advokat dan Aktivis Kerasulan Awam Gereja Katolik

 

#kerasulanawam #gerejauntukbangsa #bennymoerdani #operasiseroja #imandanpengabdian #gerejakatolikindonesia #cintaallahuntukdunia #intelijendaniman #baretmerah #sejarahdankerasulan #shdariusleka #reels #foryou #fyp #jangkauanluas @semuaorang

1 komentar:

  1. dari sekian banyak tokoh-tokoh (dalam narasi di atas), mungkin hanya tinggal pak Sugianto. tokoh yang lain sudah meninggal. sy baru saja temu Beliau

    BalasHapus

Berbicara adalah hak asasi manusia dari setiap individu, tetapi gunakan hak itu sesuai dengan peraturan yang berlaku serta budaya lokal yang membangun. Salam kasih. Admin