Jumat, 27 Januari 2012

Masa OMK Bagaikan ‘Masa Terminal’

Sumber Foto: CathNews Indonesia
Ketua Komisi Kepemudaan KWI Mgr. John Philip Saklil mengharapkan kegiatan IYD ini akan memicu semangat meng-Gereja bagi OMK Indonesia untuk mendalami iman sebagai persiapan masa depan OMK sendiri dan Gereja. “Masa OMK bagaikan ‘masa terminal’. Seperti halnya terminal, orang cepat datang dan berlalu. Namun terimal itu penting, karena menentukan perjalanan selanjutnya. Maka masa terminal itu harus diberi tujuan.

Kegiatan IYD adalah salah satu acara penting untuk menanamkan yang baik secara serentak, menjadi momentum pembinaan OMK yang tak terlupakan mengenai iman dan keterlibatan,” kata Monsinyur yang sekaligus adalah Uskup Keuskupan Timika ini.

“Hal yang paling utama adalah melaksanakan amanat Kristus untuk mewartakan Injil dan menegukan iman satu sama lain. Saling meneguhkan itu bisa dibuat dalam komunitas kecil sekaligus perkumpulan besar dalam Gereja. Seperti Yesus sendiri, Ia membuat kegiatan untuk kelompok kecil maupun besar. Dalam kelompok besar, aura kebersamaan dalam satu iman diharpkan lebih kuat. Semoga dengan mengenal teman se-Indonesia, OMK membuka diri pada kenyataan akan Gereja dan masyarakat Indonesia. Sub tema IYD 2012 jelas, OMK makin meng-Indonesia. Artinya, OMK menyadari bahwa mereka penting bagi indonesia dan Indonesia penting bagi OMK,” papar Ketua Umum Panitia IYD 2012 dan juga menjabat sebagai Sekretaris Komisi Kepemudaan KWI R.D. Yohanes Dwi Harsanto Pr, yang akrab disapa Romo Santo.

Komisi Kepemudaan Konferensi Waligereja Indonesia (KomKep KWI) secara resmi memulai rangkaian kegiatan Indonesian Youth Day (IYD) 2012. Bekerjasama dengan panitia yang terdiri dari Steering Committee, Organizing Committee, dan Fundraising, IYD 2012 akan dilaksanakan di Sanggau, Kalimantan Barat pada 20-26 Oktober 2012 dengan mengusung tema “Berakar dan Dibangun dalam Yesus Kristus, Berteguh dalam Iman” dan sub tema “OMK Makin Beriman, Makin Meng-Indonesia”.

Rangkaian kegiatan launching diawali dengan perayaan Ekaristi pada Jumat (20/01) di Gereja Katedral Jakarta, dipimpin oleh Ketua KomKep KWI dan Uskup Keuskupan Timika Mgr. John Philip Saklil, Sekretaris Eksekutif dan Ketua Umum Panitia IYD 2012 R.D. Yohanes Dwi Harsanto Pr, dan Vikjen Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) R.D. Y. Subagyo Pr dan dihadiri oleh pemerhati OMK juga para OMK se-Jakarta dan sekitarnya. Karena sesuatu hal, Mgr. G. Mencuccini (Uskup Keuskupan Sanggau) batal konselebran dan sebagai penggantinya adalah R.D. Yohanes Dwi Harsanto Pr.

Selain perayaan Ekaristi, rangkaian launching juga diisi dengan seminar bertema, “Ya Katolik, Ya Indonesia” pada Sabtu (21/01) di KWI Jalan Cut Mutia, Jakarta. Hadir sebagai keynote speaker adalah Mgr. John didampingi tiga orang OMK yang kesehariannya dekat dengan topik seminar ini, yaitu aktivis pluralisme di Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) Sdr. Daniel Awigra, aktivis lingkungan hidup Gropesh, Sdri. Deasy Christiana, dan aktivis micro finance pemberdayaan ekonomi ibu-ibu rumah tangga di Cilincing Sdr. Leonardo Kamilius.

Kegiatan IYD 2012 akan dilaksanakan pada 20-26 Oktober 2012 di Sanggau, Kalimantan Barat, akan terbagi dalam beberapa rangkaian kegiatan. Ketika berada di sana, para peserta akan mengikuti kegiatan di paroki dan tinggal bersama umat (live in) selama tiga hari pertama, kemudian Puncak IYD 2012 di Sanggau para peserta mengikuti beberapa kegiatan yang meliputi liturgi, katekese, dan pelayanan bakti sosial. Dan juga festival, serta acara kebersamaan dan setiap hari diakhiri dengan renungan.

Agar semangat IYD tidak hilang begitu saja, selesai acara di Sanggau, panitia akan membuat kegiatan pasca IYD. Tahapan pasca IYD bagai “roti yang dipecahkan, dibagikan.” Setelah berproses selama hampir sepuluh bulan disemangati dengan nilai-nilai Injil dan Nasionalisme, OMK diharapkan mampu berkembang dan berbuah. Proses ini berfokus pada kegiatan-kegiatan yang dilakukan di tingkat keuskupan, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi OMK setempat.

Di sinilah para peserta IYD 2012 akan menularkan aura positif yang mereka dapatkan selama di Sanggau untuk bersama-sama OMK lainnya memuliakan Allah. (Press confrence IYD 2012/dhapur-Komsos

Warga Keturunan Tionghoa St. Paulus Depok; Menyelenggarakan Misa Perdana di Tahun Naga Air

Misa Imlek 2563, Senin (23/1/2012) di Gereja St. Paulus - Depok
Sejak kepemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia, kembali mendapatkan kebebasan dalam merayakan tahun baru Imlek pada tahun 2000. Dimana, Presiden Abdurrahman Wahid secara resmi mencabut Inpres Nomor 14/1967. Serta menggantikannya dengan Keputusan Presiden Nomor 19/2001 tertanggal 9 April 2001 yang meresmikan Imlek sebagai hari libur fakultatif (hanya berlaku bagi mereka yang merayakannya). Selanjutnya, baru pada tahun 2002, Imlek resmi dinyatakan sebagai salah satu hari libur nasional oleh Presiden Megawati Soekarnoputri yang dimulai sejak tahun 2003 hingga saat ini.

Tahun Perubahan
Bagi umat St. Paulus Depok keturunan Tionghoa merupakan kali pertama mereka merayakan misa imlek. Misa yang dilaksanakan pada Senin (23/1/2012) itu dihadiri sekitar + 1000-an umat. Perayaan Ekaristi dipimpin langsung oleh pastor paroki Pastor Tauchen Hotlan Girsang, OFM didampingi Pastor Stanilaus Agus Haryanto, OFM. Suasana pun seakan berada di negeri Tirai Bambu. Koor dari Orang Muda Katolik (OMK) paroki St. Paulus membuat upacaranya berlangsung meriah.

Dalam kotbahnya Pastor Haryo biasa disapa mengatakan “Simbol naga air dalam Tahun baru Imlek 2563 bukan suatu pemujaan seperti yang dilakukan oleh sebuah agama tertentu. Naga air adalah tahun perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah bukan dari kurus menjadi gembuk, gemuk menjadi kurus tetapi perubahan dalam diri kita untuk memiliki komitmen yang kuat untuk melakukan sesuatu demi kesejahteraan bersama” ujarnya.

Bapak Yohanes Kho Hang Shing (Kanan)
Sebagai Bentuk Ungkapan Syukur
Yohanes Kho Hang Shing, selaku koordinator acara misa Imlek ketika diwawancarai menuturkan “Imlek ini adalah tahun baru sesuai dengan tanggalan orang cina. Yaitu peralihan musim dingin dan musim semi, musim panen dan musim tanam. Artinya semua orang keturuan Tionghoa harus merayakannya, dari agama apapun dia. Jadi saya melihat perlu di adakan misa imlek di gereja. Umat di Gereja St. Paulus Depok saat ini, khususnya orang keturunan Tionghoa kelihatannya sudah cukup banyak maka dibutuhkan suatu wadah/ sarana sebagai tempat bersyukur. Dimana? Karena kami beragama katolik ya… merayakan ungkapan syukur itu tentunya di gereja. Oleh sebab itu saya mencoba untuk berkonsultasi dengan pastor paroki, ternyata pastor paroki meresponnya sangat positif dan antusias” tuturnya kepada KOMSOS.

Lebih lanjut bapak yang kini menjabat sebagai Ketua Lingkungan St. Brigita ini, menambahkan “Dalam menjalin suatu kebersamaan, walaupun yang menjalankan imlek itu adalah warga Tionghoa namun sangat dimungkinkan dalam mengungkapkan rasa syukur ini bersama-sama dengan umat lainnya. Karena kita satu tubuh Kristus yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Lagi pula makna imlek itu biasanya orang bersyukur dibarengi dengan membagi-bagi berkat untuk dinikmati bersama. Sehingga kita bisa bersatu padu lagi tidak membedakan-bedakan disinilah yang kita mau sebagai anak-anak Tuhan untuk bersatu dalam kasih”.

Berbagi "kasih"
Menggerakan Lewat Firman Tuhan
Ketika disinggung soal cara bagaimana menghimpun semua warga Tionghoa yang ada, Kho Shing sapaan akrabnya menjelaskan “Saya menyentuh dan mengajak kepada mereka yang sudah menikmati dan mendapat rejeki dari Tuhan, kita wajib membagikan kepada yang lain. Seperti dalam injil berilah kepada kaisar yang menjadi hak kaisar dan berilah kepada Allah yang menjadi hak Allah. Dengan firman Tuhan ini mereka tersentuh untuk turut mengambil bagian dalam acara ini. Semuanya tergerak hanya karena firman Tuhan untuk berbagi kepada sesama. Saya juga bangga atas antuasias umat St. Paulus Depok yang telah hadir. Semoga ke depan lebih baik, misalnya dengan dibentuknya sebuah kepanitian kecil untuk semakin lebih baik” harapnya.

Koor dari OMK St. Paulus - Depok
Misa Imlek Dilarang?
Berkaitan dengan dilarangnya misa imlek karena membawa symbol-simbol agama tertentu, menurut Bapak Yohanes Kho Hang Shing “Kerinduan misa Imlek ini sejak jaman Pastor Markus Gunadi, OFM. Beliau sebenarnya sudah memberikan restu tetapi disesuiakan dengan ketentuan gereja Katolik. Imlek bukan milik satu agama, tetapi cap go meh itu milik ritual/ tradisi dari agama tertentu, bagi kita orang katolik sebaiknya tidak melakukan ritual itu” jelasnya.

Senada dengan itu Pastor Tauchen Hotlan Girsang, OFM ketika ditanya mengenai adanya pelarangan adanya misa Imlek seperti yang tegaskan oleh Mgr Vincentius Sutikno Wisaksono di Keuskupan Surabaya, Pastor Tauchen mengatakan “Mungking alasannya adalah adanya unsur budaya itu yang tidak bersesuian dengan iman katolik. Kalau dibagian itu kadang-kadang sulit untuk dipertemukan biasanya dilepaskan. Karena dalam tradisi, di katolik ada nilainya sendiri dan budaya mempunyai nilainya sendiri”.

Pembagian jeruk setelah misa kepada umat
Masih menurutnya jika ada Uskup yang melarang atas hal itu, terbukti di Jakarta seperti paroki Regina Caeli – Kapuk merayakan misa imlek tidak masalah, dan bahkan acaranya besar-besaran. Tapi ada unsur dari budaya itu yang bagus untuk iman tapi ada juga yang tidak. Mungkin yang menjadi persoalan dari pelarangan Uskup itu adalah presentasi budaya itu lebih banyak daripada iman. Kalau dalam bahasa Paus Benediktus disebut interkulturasi. Jadi Gereja ada budaya sendiri, sedangkan budaya lain memiliki ciri khasnya sendiri. Sehingga dengan kata inter, ada ruang untuk berdialog antara budaya dan agama. Hanya pakai inter bukan inkulturasi. Kalau Inkulturasi iman dimasukkan dalam budaya, jadi untuk dicerahkan. Jadi yang tidak cocok dibuang. Yang benar adalah penemuan akan Tuhan dalam budaya-budaya itu” ujarnya.

Meriahnya misa imlek berkat jasa dari bapak Sound System
Lebih lanjut Pastor Paroki St. Paulus Depok itu berpendapat “Menurut saya baik sekali acara ini karena kita juga tidak bisa memungkiri untuk hidup bersama dengan keanekaragaman budaya yang ada. Ini kesempatan bagi kita untuk mengenali budaya yang berbeda dengan budaya kita. Ini baguslah untuk kita kenal. Kedepan bisa adakan lebih bagus dengan mengagendakan dalam kalender liturgis agar acaranya lebih serius dan bagus”harapnya.

Pembagian "angpao" kepada anak-anak dan Lansia
Acara ditutup dengan pembagian jeruk kepada seluruh umat dan angpao kepada anak dan lansia setelah misa di halaman gereja. (Dilaporkan Oleh: Darius Lekalawo-KOMSOS)

Tuhan Memberikan Nabi Pada Zamannya

Oleh: RP. Stanislaus Agus Haryanto, OFM
Setiap zaman dalam segala perubahan waktu mengenal Nabinya, yaitu orang yang mampu mengungkapkan apa yang hidup di dalam pemikiran dan perasaan orang banyak. Seorang Nabi berani menentang arus, bukan untuk menonjolkan diri, tetapi agar masyarakat jangan sampai menyeleweng dari arah yang telah dianugerakan Allah baginya.

Bacaan pertama dari Kitab Ulangan , mau membenarkan adanya kenabian bagi umat Israel. Berdasarkan janji yang telah diikatnya, Allah ingin bertindak dalam sejarah hidup umat yang dikasihinya. Sejak Tuhan Allah mewahyukan diri kepada Musa di Gunung Horeb, dalam rupa sepuluh loh batu maka Sabda-Nya akan menentukan jalannya sejarah keselamatan dengan wibawa yang Maha Kudus. Kewibawaan Allah nyata dalam diri para Nabinya. Melalui Musa wibawa kenabian Allah nampak dan campur tangan dalam kehidupan umat terkasihnya. Tujuannya adalah agar kehendaknya benar-benar terjadi dalam hidup kaum Israel dan keturunannya.

Nampaklah usaha Musa untuk memberi keyakinan kepada Umat Israel bahwa apa yang di sampaikannya adalah mandat dari Allah yang berbelas kasih. Maka Musa mempunyai keyakinan dan kewajiban menjaga wibawa yang telah ia terima demi membawa umat pada jalan keselamatan sesuai dengan kehendak-Nya. Sehingga semua umat mengalami pengasihan dari Allah dalam hidupnya, dengan demikian hidupnya akan diteguhkan tanpa ada kekuatiran yang tak beralasan.

Rasul Santo Paulus memilih jalur lain dalam memberikan ajaran mengenai desposisi manusia menurut perjanjian Baru. Bahwa setiap orang harus waspada terhadap segala keprihatinan berlebihan yang muncul dalam hidupnya. Jangan sampai orang tidak lagi bisa mengarahkan hidupnya kepada yang lebih utama, yaitu Tuhan dan Keselamatannya tetapi justru kehilangan gairah hidup untuk setia terhadap panggilan hidupnya. Maka Rasul Paulus mengingatkan agar orang senantiasa “terfocus” terhadap panggilan yang diyakininya. Paulus ingin menghindarkan dualisme, mengabdi kepada tua tuan, yang pada akhirnya justru tidak dapat menghayati apa yang semestinya orang hayati. Bagi Paulus yang penting adalah; “ memusatkan perhatian” terhadap apa yang dihayati menjadi panggilan hidup orang dan bagaimana orang menjalaninya dengan komitmen yang kuat.

Injil hari ini mengisahkan “ke-asli-an” jati diri Yesus dihadapan para muridnya. Berbeda dengan para pengajar lain di bait Allah. Yesus tampil dengan segala kewibawaannya. Kewibawaan Yesus tidaklah dibuat-buat atau seolah-olah berwibawa, namun justru muncul dari kedalaman dirinya sebagai buah dari relasi yang amat dekat dengan Bapa- Nya. Sehinga apa yang terucap dari mulut Yesus sama dengan Apa yang disabdakan oleh Allah sendiri. Seluruh perkataan dan tindakan Yesus mau menunjukkan kepada kita sekalian bahwa Allah Bapa menjangkau segala waktu dan ruang dalam hidup manusia sepanjang zaman.

Melalui sabda-Nya hari ini Yesus tetap berbicara penuh wibawa kepada kita. Tuhan Yesus tidak puas dengan mengulang-ulang tradisi, melainkan secara langsung memberikan pandangan-Nya mengenai segala sesuatu. Kedalaman hati nurani-Nya menjadi pedoman bagi kehidupan kita. Kepada siapa saja dibukakan masa depan. Dan kepada siapa saja, ditantangnya berpetualang dalam kesalehan hidup. Melalui persoalan-persoalan hidup yang hakiki dan kita hadapi setiap hari, Yesus hendak menuntun kita kedalam kedewasaan iman. Persoalan-persoalan hidup akan membantu kita bersama Tuhan untuk menemukan hari kemudian yang berkelimpahan. Tuhan Memberkati!

Panggilan Kemuridan Kita

Sdr. Taucen Hotlan Girsang, OFM
Dalam Injil Markus (1:14-20) dikisahkan tentang panggilan para murid Yesus yang pertama. Kisah panggilan itu didahului oleh tampilnya Yesus dalam permulaan karya-Nya. Ia sedang mengadakan perjalanan dan berseru: Bertobatlah dan percayalah kepada Injil Allah! Seruan ini rupanya ditanggapi langsung oleh empat murid pertama, yaitu Andreas, Simon, Yakobus dan Yohanes. Ketika Yesus berkata: Mari, ikutlah Aku! Mereka langsung mengikuti Yesus dan meninggalkan pekerjaan mereka sebagai nelayan, penjala ikan.

Ada beberapa pengajaran penting yang dapat kita renungkan dari kisah panggilan yang sangat singkat dari para murid yang pertama ini. Pertama, panggilan merupakan tanggapan atau jawaban dari pihak manusia atas sapaan kasih dari Tuhan. Orang yang dipanggil tentu saja adalah orang yang dipilih dan dikhususkan oleh Tuhan bagi kelanjutan karya-Nya. Simon Petrus bersama yang lainnya diubah oleh rahmat panggilan mereka dari penjala ikan kepada penjala manusia. Kedua, inti dari panggilan adalah pertobatan. Tobat memiliki bermacam-macam pengertian. Tobat dapat berarti meninggalkan yang jahat dan beralih kepada yang baik dan benar dengan penuh sesal. Tobat dapat juga berarti perubahan hati dari penuh dosa kepada penuh rahmat dan mengganti haluan hidup. Tobat bisa juga dipahami sebagai berpaling dari hal-hal yang tidak berkenan di mata Tuhan kepada yang dikehendaki-Nya. Ketiga, mengikuti Yesus tidak memiliki persyaratan. Ketika dipanggil para murid itu tanpa banyak pertimbangan langsung mengikuti Dia. Di sini diperlihatkan kepada kita sikap percaya seutuhnya pada Tuhan. Di sana tidak ada sedikitpun ruang untuk keragu-raguan, kecemasan dan ketakutan. Bersama Yesus ada kepastian dan jaminan hidup. Bersama Yesus segalanya menjadi lebih berarti.

Di samping tiga hal di atas, ada satu ciri panggilan yang kiranya menjadi tolak ukur yang mendalam, yaitu TOTALITAS. Mengikuti Yesus rupanya tidak bisa setengah-setengah. Yesus memanggil setiap orang untuk ambil bagian dalam karya penyelamatan Allah secara penuh. Jika orang berkata “ya” terhadap Tuhan, maka ia mesti berkata “tidak” terhadap yang lain. Sikap totalitas ini dikatakan di dalam kata “meninggalkan pekerjaan mereka”. Meninggalkan segala harapan hidup dari pekerjaan tentu saja tidak gampang. Jangankan meninggalkan pekerjaan selama-lamanya, sejenak saja berhenti dari pekerjaan untuk melayani Tuhan ada kalanya orang terlalu merasa sayang dan tak rela. Bahkan banyak orang tidak memiliki waktu barang sedikitpun untuk ikut ambil bagian dalam pelayanan. Jadi, adakah orang yang rela dan ikhlas hati untuk meninggalkan banyak hal demi Tuhan? Tentu pertanyaan ini juga ditujukan kepada kita masing-masing.

Akhirnya kita dapat berkata bahwa sesungguhnya Yesus menjamin kelangsungan hidup setiap orang yang dipanggil-Nya. Yesus menjamin kehidupan para murid yang pertama. Sikap pasrah yang diperlihatkan pada murid itu menjadi sangat mengagumkan. Seakan-akan kebersamaan dengan Yesus dapat membayar segalanya. Inilah prinsip kemuridan yang diajarkan kepada kita. Yakni, Tuhan menawarkan nilai yang melebihi segala nilai yang ditawarkan oleh dunia ini. Seperti yang dikatakan oleh Paulus bahwa dunia yang sekarang kita kenal akan berlalu. Paulus mengarahkan pandangan kita kepada nilai yang melampaui keduniawian sehinggal hal-hal duniawi diperlakukan seakan-akan tidak ada sama sekali.

Singkatnya, makna dari kemuridan kita adalah kesadaraan akan nilai yang dialami bersama Tuhan selalu melampaui keduniawian ini sehingga sekalipun kita meninggalkan banyak hal toh kita mendapat rahmat dan berkat melebihi apa yang telah kita tinggalkan. Yang penting, kita percaya penuh pada-Nya. Bagi kita para murid-Nya, keberanian untuk meninggalkan banyak hal demi Tuhan hanya dapat kita lakukan jika kita percaya kepada Dia. Jika kita meluangkan waktu dan tenaga kita bagi Dia, niscaya Dia pun akan menjamin hidup kita. Jika kita meninggalkan pekerjaan dan kesibukan kita sejenak, dan mempersembahkan pelayanan bagi-Nya, niscaya Dia akan juga memberkati segala usaha dan jerih payah kita. Tuhan selalu setia pada janji-Nya. Semoga kita percaya akan hal ini. Adakah kita seorang murid Yesus yang berani “meninggalkan” sesuatu demi pelayanan untuk Tuhan Yesus? Semoga kita bisa menjawabnya. Tuhan Yesus memanggil dan memberkati kita.

Senin, 16 Januari 2012

Rapat Evaluasi Natal Dan Tahun Baru 2012; Mendapatkan Banyak Masukkan

Secara umum pelaksanaan Natal 2011 dan tahun baru 2012 berjalan dengan baik dan tidak mengalami masalah yang signifikan. Namun dalam meningkatkan pelayanan serta kenyamanan umat Panitian Natal 2011 dan tahun baru 2012 di ruangan gereja lama menyelenggarakan evaluasi pelaksanaan kegiatan dan dana seputar pelaksanaan natal dan tahun baru 2012 dari setiap seksi/ pengurus yang bertugas.

Seperti Arisan!
Membludaknya umat dalam perayaan-perayaan besar seperti natal dan paskah, membuat panitia pelaksana bekerja ektra keras. Salah satu yang dikeluhkan oleh umat pada malam Natal 2012 pukul 17.30 seperti yang disampaikan oleh salah satu panitia Ambros S. Mally adalah adanya umat mengikuti misa dengan cara duduk di tikar hingga memenuhi ruangan-ruangan yang ada diseputar gereja dan taman. Masih menurutnya ada kesan seperti arisan, hal itu membuat suasana menjadi kurang kusuk karena efektitifas ketertiban menjadi kurang berjalan.

Banyak hal yang menjadi masukkan bagi panitia pada acara-acara berikutnya. Menurut Ketua Panitia Andreas Sugeng Mulyono: “hal penting yang menjadi perhatian bagi panitia pada tugas-tugas mendatang adalah masalah sarana dan prasarana, ketertiban dan keamanan, liturgis, dll. Mau dilaksanakan atau tidak sepenuhnya kita serahkan kepada panitian yang akan bertugas nanti. Sekarang kita mengevaluasi semua hal baik yang positif maupun negative yang telah kita lakukan sebagai panitia, kebetulan tahun ini kita wilayah I yang betugas” ujarnya kepada peserta rapat yang ikuti sekitar 25-an orang di ruang gereja lama, Minggu (08/1) silam. (Darius Lekalawo)

Tuhan, dimanakah Engkau Tinggal?

Oleh: Sdr. Ophin Agut, OFM
Manusia (kita semua) dalam relasi kita dengan Allah, pastilah mengalami ketegangan akan hidup kita yang begitu terbatas. Kita begitu sulit memahami misteri Allah dalam hidup kita, dan juga memahami mengapa Allah sungguh mencintai kita manusia yang rapuh dan berdosa ini. Misteri Inkarnasi, yang kita kenangkan dalam perayaan Natal, merupakan awal dari misteri Allah yang sulit dipahami itu. Melalui inkarnasi, Allah menjadi bagitu dekat dengan kita dalam segala keberdosaan kita. Misteri inilah yang sulit kita selami dan hanya dapat kita imani dalam pengalaman hidup sehari-hari.

Allah yang sedemikian jauh (transendens) menjadi begitu dekat dengan kita (imanens), karena cintaNya kepada kita. Dalam keterbatasan manusia untuk memahami keluasan dan ketakterbatasan Allah, kita diajak untuk mengarahkan hati kepadaNya. Perlu disadari bahwa saat ini kita, dengan segala situasi yang ada di sekitar kita, sengaja menjauh dari Dia. Kita perlu menyadari kerapuhan kita sebagai manusia. Karl Rahner mencatat demikian: “dalam segala pengetahuan dan perbuatannya, manusia selaku pribadi rohani selalu mengakui secara implisit Allah sebagai dasar hidupnya, dan itu sebagai misteri.” Yang hendak dikatakan adalah manusia selalu memiliki keterarahan dasar (vorgriff) kepada Allah.

Pertanyaan, “Tuhan, dimanakah Engkau tinggal?” merupakan pertanyaan eksistensial manusia yang ingin mengarahkan hati kepada Tuhan. Dalam tradisi Timur, menanyakan tempat tinggal berarti ingin mengenal lebih dalam orang itu. Tempat tinggal (home) selalu berisikan segala atribut pribadi orang tersebut.

Pada tempat tinggal (kediaman) itu terdapat dan tergambar segala suka-duka hidup, segala kecemasan dan harapan. Permintaan tinggal mengandung makna ingin berelasi dengan orang tersebut. Yang meminta tentu ingin mengenal dan memahami bagaimana sang ‘Tuan Rumah” memahami suka-duka, kecemasan, dan harapan. Dari sana, tentunya ia ingin belajar membangun hidup pribadinya dengan lebih baik.

Kiranya itulah yang mendasari pertanyaan dua Murid pertama kepada Yesus. Dalam hal ini, para Murid tentunya ingin mengenal Yesus secara lebih mendalam dan dapat segera berelasi dengan Dia. Mereka telah mengenal Yesus dari pengajaran Yohanes Pembaptis, tetapi ingin lebih mengenal secara pribadinya. Rasa penasaran itu membangkitkan rasa ingin tahu dan ingin tinggal bersama Yesus. Rasa ingin tahu itupun terlunasi dengan jawaban Yesus, “Mari dan lihatlah!” Alangkah indahnya kerinduan itu ketika terjawab oleh Dia sendiri.

Perlu diingat bahwa dalam penggalan Injil yang dibacakan Minggu ini, harapan dasar para Murid itu diawali sebuah pertanyaan Tuhan sendiri, “Apakah yang kamu cari?” Kita memang begitu ingin berelasi dengan Tuhan, dengan segala kelemahan dan keterbatasan manusiawi kita. Demikian halnya dengan Tuhan sendiri yang sudah selalu berinisiatif untuk mencintai kita lebih dahulu dari kita. Namun, pertanyaan Yesus perlu dijawab lebih dahulu, “Motivasi apa yang melandasi kita ingin berelasi denganNya?” Apakah kita ingin tinggal denganNya karena ingin terus sukses dengan kekayaan, keuntungan, dan kesembuhan jasmani semata? Pertanyaan Yesus dan harapan para Murid kiranya relevan dengan kehidupan kita sekarang ini. Apa sebenarnya yang kita cari di dunia ini?

Tahun Anak 2012; Kita Diajak Untuk Membina Semangat Missioner Kepada Anak-Anak

Suasan misa tahun anak (08/01/2012)
Tahun keluarga yang dicanangkan Bapa Uskup Mgr. Michael Cosmas Angkur, OFM selama tiga tahun berturut-turut yaitu sejak tahun 2010 silam, kini tibalah saatnya di tahun 2012 gereja dalam hal ini  oleh Keuskupan Bogor memfokuskan perhatiannya pada anak-anak. Seperti halnya dua tahun sebelumnya pasutri (pasangan suami istri.red) dan kaum muda bertepatan dengan Hari Anak Missioner Sedunia yang ke 169 yang jatuh pada Minggu, (8/1) gereja katolik St. Paulus - Depok membuka tahun anak itu dengan berbagai kegiatan, diantaranya natal bersama anak-anak Bina Iman.

Pastor Yosafa Ivon Sinaga, OFM Cap
Membina Semangat Missioner
Sebuah ajakan untuk membina semangat missioner sedini mungkin kepada anak-anak kita maka kegiatan itu diawali dengan misa kudus yang dimpimpin secara konselebran oleh Pastor Tauchen Hotlan Girsang, OFM didampingi oleh Pastor Yosafa Ivon Sinaga, OFM Cap.Misa kudus yang dimeriahkan oleh tarian dari anak-anak BIA (Bina Iman Anak) dan Koor dari Saint Paul Choir Children (SPCC). Pastor Yosafat Ivo Sinaga, OFM Cap dalam kotbahnya mengatakan: “saya sangat merasakan suasana yang berbeda dan luar biasa”.

Selain itu kotbah yang dibuka dengan kuis aksara bermakna yang ditujukan kepada kepada anak-anak Bina Iman ia berkata “Anak-anak adalah tulang punggung dan harapan gereja dimana anak-anak harapan dan tulang punggung gereja telah berperan aktif dalam kegiatan dan tugas gereja. Semoga anak-anak ini dengan kegiatan/ pekerjaan kecil yang dilakukan sehari-hari dengan penuh cinta agar dapat menjadi “bintang” atau menjadi saluran kasih kepada orangtua, kakak adik, anggota keluarga dan masyarakat pada umumnya sebagai pewarta-pewarta kabar baik dengan rangkaian KASIH ” ujar pastor yang kini sedang belajar sosiologi dan psikiater di University of Guam Sinajana dan membantu disebuah paroki St. Fidelis Friary, Guam sebuah pulau di bagian barat Samudera Pasifik Amerika Serikat.

Pastor Tauchen Hotlan Girsang, OFM
Merealisasikan Ruang Bina Iman
Sementara Pastor Tauchen Hotlan Girsang, OFM, selaku pastor paroki, ketika diwawancarai seputar kegiatan yang berkaitan dengan tahun anak di paroki St. Paulus Depok, beliau menuturkan “kegiatan yang berkaitan dengan tahun anak di paroki st. paulus depok, sebenarnya banyak sekali hanya saja kita sinergikan dengan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan baik di tingkat dekenat maupun keuskupan. Lebih lanjut Pastor Tauchen ada beberapa hal yang menjadi fokus perhatian kita dalam tahun 2012 sebagai tahun anak adalah kita mau menggali pontensi yang dimiliki oleh anak yang bisa disumbangkan secara rohani kepada gereja dan merealisasikan ruang bagi bina iman tahun ini. Untuk masalah pembinaan iman anak untuk saat sekarang ini sudah dimatangkan oleh para pembimbing” katanya. (Artikel dan foto: Darius Lekalawo)

Tarian dari anak-anak Bina Iman
Anak-Anak Bina Iman St. Paulus Depok
Suasana Natal Bina Iman
Natal Bina Iman (08/01/2012)
Keceriaan tanpa beban nampak dalam wajah anak-anak ini
Semangat Missioner dari anak-anak sangat diharapkan
Saint Paul Choir Children

Jumat, 06 Januari 2012

Paus Letih Namun Siap Hadapi Tahun Maraton

Paus Benediktus XVI ; kelihatannya letih
Paus Benediktus XVI  Sabtu memulai hari-hari yang sibuk menjelang tahun 2012 yang padat, jelas nampak letih meskipun para pembantunya menegaskan dia tidak sakit dan menganggap keletihan Paus disebabkan usianya yang lanjut. Paus Jerman berusia 84 tahun itu nampak kurus dan lekak pada saat penampilan umum belakangan dan para uskup yang menemuinya mengomentari penampilannya yang letih.

Dia harus dibantu naik dan turun tangga akibat arthritis ringan. "Ini hanyalah masalah usianya," kata juru bicara Vatikan Federico Lombardi kepada AFP. "Paus tidak punya penyakit tertentu," katanya, menambahkan: "Untuk ukuran orang yang sudah tua, dia dalam keadaan istimewa."

"Paus Benediktus XVI dapat mengatasi berbagai pertemuan seperti dia tunjukkan pada September di Jerman saat programnya melelahkan," kata Lombardi. "Dia telah menerima pertemuan tahun depan termasuk perjalanan interkontinental" ke Kuba dan Meksiko, tambahnya. Paus punya jadwal segera juga, yakni misa Malam Natal di Basilika Santo Petrus yang akan disiarkan ke seluruh dunia. Paus mungkin harus menggunakan mimbar berjalan untuk misa tersebut untuk bergerak kesana-kemari di basilika raksasa itu, yang didorong oleh para asisten Vatikan khusus.

Pada Hari Natal dia akan menyampaikan berkat "Urbi et Orbi" tradisionalnya di Lapangan Santo Petrus dan Senin doa Angelus. Pada Malam Tahun Baru, dia akan memimpin Vespers di Santo Petrus lagi dan kemudian merayakan misa pada 1 Januari pada peringatan Hari Perdamaian Dunia. "Dia selalu menunjukkan kejernihan dan kedekatan yang besar," kata Lombardi.

Paus Benediktus Minggu lalu menunjukkan kejernihan itu, berbicara panjang tanpa teks di penjara Rebbibia Roma dengan 300 tahanan. Dalam wawancara pesanan tahun lalu, Paus tidak mengesampingkan kemungkinan mundur jika kekuatan fisik dan intelektualnya menurun. Namun dia telah menggarisbawahi dia bukanlah tipe yang akan mundur menghadapi kesulitan, seperti gunung skandal pelecehan anak yang mengguncang Gereja.

Giovanni Maria Vian, editor harian resmi Vatikan, Osservatore Romano, mengatakan Paus sangat khawatir tentang apa yang dipandangnya sebagai krisis iman dunia. "Preokupasi ini tidak sama dengan pesimisme. Paus tidak pesimistis maupun letih," tulisnya dalam sebuah editorial edisi Jumat.

Untuk Hari Pemuda Dunia di Madrid serta selama kunjungannya ke Benin tahun ini, Paus menunjukkan stamina bahkan ketika kewalahan dan dia nampaknya dipulihkan kembali oleh sambutan hangat jauh dari koridor kekuasaan di Vatikan. Tahun depan nampaknya tahun yang sibuk, dengan perjalanan ke Kuba dan Meksiko Maret kemungkinan akan menghadapi sambutan massal yang tak lagi biasa di Eropa.

Para pembantu telah mengatakan dia tidak dapat bepergian ke zona di ketinggian di Meksiko karena masalah jantungnya. Dia mungkin juga mengunjungi Lebanon kemudian dalam tahun itu. Paus mungkin akan memimpin rapat gereja para kardinal awal Februari, mengadakan pertemuan keluarga Katholik dunia di Milan dan mengadakan sinode uskup pada Oktober untuk mendorong evangelisasi global baru.

Skandal pelecehan anak akan menjadi tantangan berat di tahun depan dimana konferensi uskup dari seluruh dunia direncanakan akan menyepakati dan mulai mengimplementasikan norma ketat baru terhadap klerus pedofil. Darius AR Sumber: AntaraNews. Editor: B Kunto Wibisono

MEMPERSEMBAHKAN YANG BERHARGA

Oleh: Sdr. Petrus Edi Wiyono OFM

Pada dasarnya hidup kita jalani ini sebuah pencarian. Di dalam hidupnya, orang mencari dan mencari terus apa yang dianggapnya bernilai dan membawa kepada kebahagiaan. Seorang pedagang tentu akan mencari orang yang mau membeli barang dagangannya. Seorang sopir tentu akan mencari penumpang yang akan memakai jasanya. Seorang penjahit tentu akan mencari orang yang mau memakai jasa jahitannya. Seorang guru tentu akan mencari murid yang bias diajarnya. Seorang pelajar tentu juga akan mencari informasi yang haru dipelajarinya. Seorang yang masih menganggur tentu akan mencari pekerjaan, dan lain sebagainya.

Apabila orang sudah mendapatkan apa yang dicarinya itu ia merasa puas atau bahagia. Ya, puas dan bahagia, walaupun mungkin hanya untuk sementara waktu. Dalam perjalanan waktu, orang itu akan mencari hal yang sama atau lain lagi yang dianggapnya bernilai dan dapat menimbulkan perasaan yang sama. Begitulah kiranya gambaran pencarian di dalam hidup kita.

Pencarian terhadap apa yang kita anggap bernilai itu terkadang tidak mudah dijalani dan sulit untuk mendapatkannya. Pada saat-saat di mana kita belum mendapat atau tidak mendapat apa yang kita cari usaha pencarian kita terkadang kurang berhasil. Bahkan, ada yang merasa gagal. Apabila kita mengalami hal seperti ini, baiklah kita bertanya atau berbagi pengalaman dengan orang yang bias kita percaya. Barangkali orang itu dapat membantu pencarian kita. Barang kali orang itu dapat membantu kita untuk menemukan apa yang kita cari, apa yang bernilai bagi kita dan membawa pada kebahagiaan.

Untuk membantu kita dalam pencarian, kita dapat bercermin pada tiga orang sarjana dari Timur yang dikisahkan dalam Injil Matius 2:1-12. Ketiga orang sarjana tersebut juga mengalami kesulitan dalam mencari Yesus, raja orang Yahudi yang baru saja dilahirkan. Akhirnya ketiga sarjana itu pun bertanya kepada orang yang dapat memberikan petunjuk. Berbekal petunjuk itu, sarjana-sarjana itu akhirnya dapat menemukan tempat Yesus dibaringkan.

Hal yang istimewa dalam pencarian ini ialah ketiga sarjana itu mempersembahkan sesuatu yang berharga kepada Yesus yang mereka cari itu. Berbeda dengan pengalaman kita. Apabila kita mencari sesuatu dan mendapatkan apa yang kita cari, terkadang itu berhenti pada diri sendiri. Jadi unsur mempersembahkan atau berbagi atas penemuan yang kita cari kurang. Karena itu, baiklah dalam perayaan Penampakan Tuhan ini kita belajar dari tiga sarjana Timur. Kita bisa belajar bertanya apabila mengalami kesulitan dalam menemukan apa yang kita cari. Kita juga bisa belajar bahwa ketika kita menemukan atau mendapatkan apa yang kita cari, kita juga perlu mempersembahkan sesuatu dengan berbagi hidup kepada sesama kita.

Semoga perayaan hari Penampakan Tuhan minggu ini sungguh-sungguh membantu kita untuk menemukan apa yang kita cari dalam hidup kita dan mendorong kita untuk mempersembahkan hal yang bernilai dalam hidup kita bagi Tuhan dan sesama. Semoga

UMAT PARUNG Diancam, Tidak Boleh Merayakan NATAL

Spanduk yang berisikan "perhentian kegiatan Gereja St. Yoh. Baptista"

Tampaknya Bogor menjadi sebuah wilayah yang semakin tak menjunjung azas Bhineka Tunggal Ika. Kalau di Kota Bogor ada penyanderaan terhadap GKI Yasmin oleh Walikota, sedangkan di Kabupaten Bogor Bupati menyandera Gereja Katolik St. Johannes Babtista, Keuskupan Bogor di Parung.

Sudah sejak 2007 lalu umat katolik St. Joannes Babtista mengajukan permohonan ijin untuk mendirikan gereja di Parung. Tetapi hingga kini belum ada titik terang. ”Kami terpaksa perbaharui lagi permohonan itu tahun ini,” ungkap Hendrik dewan paroki Parung. Bahkan pada 2010 Bupati mengeluarkan SK No.453.2/556-Huk tentang Penghentian Seluruh Kegiatan Gereja Katolik Paroki St. Babtista Parung.

Nah menjelang Natal 2011 ini, ada pihak yang mengatasnamakan umat muslim Parung yang tegas mengatakan akan mengawal pelaksanaan SK Bupati itu. Lewat spanduk bertuliskan: “Kami Masyarakat Muslim Parung Mendukung dan Akan Mengawal SK Bupati Nomor: 453.2/556-Huk Perihal: Penghentian Seluruh Kegiatan Gereja Katolik Paroki Santo Babtista Parung”. Bahkan hari ini 22 Desember 2011 sekelompok anak dari Forum Komunikasi Remaja Masdjid (FKRM) berunjuk rasa di depan kantor Bupati Bogor menuntut agar isi SK dimaksud dilaksanakan. ”Kebetulan kami sedang menghadap Bupati hari ini untuk menyampaikan aspirasi kami. Syukur Pak Bupati sudah mulai lebih bijaksana dari pada waktu sebelumnya. Karena itu dia mengusulkan agar umat Gereja Katolik St. Johannes Babtista merayakan natal tahun ini di lapangan Perumahan Telaga Kahuripan. Tetapi kami akan minta pendapat dari Bapak Uskup dulu,” jelas Hendrik.

Lebih jauh Hendrik mengatakan bahwa sebenarnya umat keberatan kalau harus merayakan Natal di Telaga Kahuripan. ”Sebab kenyataannya warga sekitar tanah gereja baik RT maupun RW dan juga warga dari 13 Desa di Parung tidak menginginkan kami pindah dari lokasi itu. Lalu siapa sebenarnya yang keberatan? Ya orang dari luar wilayah,” tandas Hendrik.

Pokoknya Dilarang!!!!
Kenyataan itu dibuktikan dengan jumlah spanduk yang terpasang. ”Kami ketahui bahwa sebenarnya ada 23 lebih spanduk yang sama yang telah dicetak, tetapi hanya empat spanduk yang berhasil dikibarkan. Selebihnya ditolak oleh warga setempat. Spanduk itu telah seminggu terpampang,” tandas Hendrik.

Gereja St. Johannes Babtista yang ingin dibangun oleh umat katolik Parung ini sudah mulai mengurus IMB sejak 2007 lalu. Rencananya gereja itu dibangun di atas lahan seluas 7.960 m2 dengan bangunan gereja seluas 896 m2. Tampaknya aksi pelarangan perayaan natal ini telah mendapat tanggapan sangat luas. Rm. Markus Solo, Sekretaris Konggregasi Hubungan Antar Umat Beragama kawasan Asia Dewan Kapausan sangat menyayangkan hal ini. ”Kita adalah berasaskan kebhinekaan. Hendaknya pemerintah memberi perhatian akan pelanggaran akan kebebebasan beragama ini,” ungkapnya.

Suasana seperti sangat dirindukan oleh umat setempat!
Bahkan Ismail Hasani, peneliti Setara Institute mengatakan pesan toleransi yang selama 2011 telah 19 kali diungkapkan oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono tidak meninggalkan bekas. “Bahkan sekadar menegur seorang wali kota yang melakukan pembangkangan hukum sekali pun,” ujar Hasani, dalam Refleksi Akhir Tahun Kondisi Kebebasan Beragama dan Hak Asasi Manusia 2011, di Jakarta, Senin (19/12).

Setara Institute mencatat, selama 2011 telah terjadi 244 kasus pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan yang mengandung 299 bentuk tindakan kekerasan. Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan adalah tiga provinsi dengan tingkat pelanggaran paling tinggi. (Darius AR Sumber: Sonar Sihombing/kaj.co.id -  foto: istimewa)

Selasa, 03 Januari 2012

Persiapan Natal St. Paulus Depok; Tidak Ada Kendala

Suasana di gereja-gereja entah itu gereja Katolik maupun gereja Protestan di seputaran Jabodetabek menjelang hari Natal atau hari kelahiran Yesus Kristus mulai padat. Hal itu terlihat, adanya persiapan-persiapan oleh umat atau jemaat dan pengurus gereja yang terus dilakukan. Di paroki St. Paulus Depok pun demikian. Panitia Natal 2011 terus melakukan koordinasi agar perayaan Natal 2011 dan Tahun Baru 2012 dapat berjalan sesuai dengan apa yang kita harapkan bersama. Sebab, Natal yang dinantikan dalam masa adventus akan segera tiba.

Disambut Antusias!
Walau yang menjadi keutamaan dalam masa Natal adalah kesiapan batin dan hati menerima Yesus Kristus, anak Allah yang lahir untuk membawa damai bagi seluruh umat manusia. Namun menurut ketua Panitia Natal dan Tahun Baru 2012, Bapak Andreas Sugeng Mulyono mengatakan “Adapun berbagai persiapan yang digelar mulai dari dekorasi gereja, pembuatan kandang Natal, pohon Natal, koor atau paduan suara, pemasangan tenda hingga pembersihan gereja sudah kita persiapkan. Dan hampir semua tidak ada kendala. Dari berbagai pihak termasuk Pastor Paroki, DPP/DKP, lingkungan sangat mendukungan tugas kepanitiaan kita”.

Acara yang lain yang dilakukan Panitia dalam menyambut hari Natal 2011 dan Tahun Baru 2012 diantaranya adalah kegiatan aksi sosial pengobatan gratis dan donor darah pada Minggu (4/12) silam itu disambut antusias oleh umat setempat.

Kegiatan yang diselenggarakan atas kerjasama Panitia Natal dengan Seksi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE), tercatat sekitar 74 orang pasien, sementara untuk kegiatan Donor Darah sebanyak 36 orang dari 52 pendaftar. Panitia lebih ke seacara teknis dan semua dana dalam kegiatan itu dibiayai oleh Seksi PSE, tambahnya

Bapak A. Sugeng Mulyono
Semoga Lebih Baik
Lebih lanjut beliau berharap bagi siapapun yang mendapat tugas sebagai panitia di tahun-tahun mendaatang agar lebih baik lagi. Lebih dari itu semoga semakin solid. Sementara, disinggung soal keamanan dan parkir karena gereja St. Paulus yang letaknya sangat strategis, kemungkinan adanya bertambahnya umat, bapak dari warga lingkungan St. Alfonsus mengemukakan “kita sudah melakukan koordinasi dengan pihak Polsek Pancoran Mas dan Polres Depok, Kodim dan Koramil. Masalah perparkiran untuk tanggal 24 Desember malam Natal umat dapat memanfaakan areal parkir di Gereja Pentakosta sedangkan tanggal 25 Desember 2011 kita mengunakan lahan parkir di Puri Agung dan Kantor Pajak, jalan Pemuda. Dan semuanya sudah kita koordinasi, tandasnya. (Foto dan Artikel oleh: Darius AR)

NATAL SEBAGAI SAAT MENGUAK KEBENARAN DI TENGAH GURITA KEPALSUAN

Kisah kelahiran Yesus dalam Injil Lukas diawali oleh berita malaikat. Berita itu pertama kali disampaikan kepada para gembala. Tanpa banyak pertimbangan, para gembala menyambut baik berita itu lalu meninggalkan pekerjaan dan bergegas menuju Bethlehem. Di sana mereka bertemu dengan Yosef, Maria dan Yesus. Bagi para gembala, perjumpaan dengan Yesus bernilai tinggi mengalahkan yang lainnya, termasuk pekerjaan mereka sendiri. Sebab, ketika bertemu dengan Yesus, mereka bertemu dengan kebenaran. Apa yang mereka lihat dan dengar tentang Yesus sungguh nyata dan terbukti. Kebenaran membuat mereka pulang sambil memuji Tuhan. Mereka bahagia. Selanjutnya, mereka menggantikan tugas malaikat membawa kabar kelahiran Sang Juru Selamat kepada khalayak umum. Mereka membawa berita yang benar karena mereka telah bertemu dengan Sang Kebenaran, yaitu Yesus.

Hidup pada zaman sekarang ini, kebenaran tentunya merupakan hal yang sangat dirindukan oleh banyak orang. Pada saat dunia digital menawarkan kebenaran yang semu dan palsu, kita menjadi sulit untuk menemukan kebenaran yang sejati. Banyak sekali masalah yang terjadi di tanah air sulit diungkap kebenarannya, entah itu kasus korupsi, entah itu kasuh sengketa, entah itu kasus kekerasan, entah itu kasus-kasus yang sepele. Betapa sulitnya kita menemukan kebenaran di tengah gurita kepalsuan. Akankah ada sejumlah para gembala yang kita temukan, yang berani bergegas untuk menguak kebenaran dan membeberkannya?

Natal tahun ini dapat kiranya kita maknai sebagai momen penting bertemu dengan Sang Kebenaran. Artinya, kita diajak dan dipanggil untuk menjadi pelaku kebenaran seperti para gembala. Di saat bagi orang lain kepalsuan merupakan pilihan yang paling aman, pada saat yang sama kebenaran bagi kita menjadi pilihan yang tak tergantikan. Hal ini hanya dapat terjadi apabila kita bertemu dengan Yesus. Tanpa perjumpaan dengan Yesus, mustahil ada keyakinan semacam ini.

Kita sering menjumpai fakta bahwa orang mencari keselamatan di dalam kepalsuan-kepalsuan. Orang mencari perlindungan di dalam kebohongan. Orang menyelamatkan harga diri dalam dusta. Orang mencari kemudahan dalam bentuk-bentuk tiruan semata. Orang sibuk membentengi diri dengan topeng-topeng. Orang membungkus kebusukan dengan sikap ayu dan bermanis-manis. Mulut manis di depan, tapi dibelakang aksi tipu-tipu. Bisa saja gurita kepalsuan juga telah menghinggapi diri kita, keluarga kita, lingkungan kita, wilayah kita dan paroki kita. Kita mungkin sudah menjadi bagian mata rantai kepalsuan. Kita menyukai berita-berita palsu dan tidak benar, serta membesar-besarkan berita bohong dan keliru. Kita dengan mudah mencari keselamatan pada kepalsuan. Kita menjunjung harga diri di atas kebusukan. Kita berteriak kencang atas nama dusta. Kiranya Natal menjadi saat yang tepat untuk berbenah diri dan berharap. Bahwa kedatangan Yesus yang lahir di Bethlehem sesungguhnya hendak menghapus kepalsuan dan meneranginya dengan kebenaran. Bersama Yesus yang lahir, kita akan mampu membedakan mana yang benar dan mana yang palsu. Sebab, di dalam Yesus pasti selalu ada kebenaran. Bahkan Dia adalah Sang Kebenaran sejati. Kepadanya kita bisa mencari keselamatan. Pada-Nya kita bisa mengalami damai dan kasih.

Akhirnya, saya mengingatkan kita beberapa saran yang disampaikan oleh Konferensi Wali Gereja Indonesia dalam pesan natal tahun 2011. Di sana dikatakan demikian: Dalam pesan Natal bersama kami tahun ini, kami hendak menggarisbawahi semangat Kedatangan Kristus tersebut dengan bersaksi dan beraksi, bukan hanya untuk perayaan Natal itu saja, tetapi hendaknya juga menjadi semangat hidup kita semua: Sederhana dan bersahaja: Yesus telah lahir di kandang hewan, bukan hanya karena “tidak ada tempat bagi mereka di rumah pengiapan” (Luk. 2:7), tetapi justru karena Dia yang “walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia” (Flp. 2:5-7). Rajin dan giat: seperti para gembala yang “cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria, Yusuf dan bayi itu” (Luk. 2:16). Tanpa membeda-bedakan secara eksklusif: sebagaimana kanak-kanak Yesus juga menerima para Majus dari Timur seperti adanya, apapun warna kulit mereka dan apapun yang menjadi persembahan mereka masing-masing (lih. Mat. 2:11). Tidak juga bersifat dan bersikap separatis, karena Yesus sendiri mengajarkan bahwa “barangsiapa tidak melawan kamu, ia ada di pihak kamu" (Luk. 9:50).

Dari empat poin yang digarisbawahi di atas, kita diarahkan kepada harapan akan diterimanya kenyataan bangsa kita sebagai kegelapan yang perlu mendapat terang, kepalsuan yang perlu mendapat kebenaran. Perayaan Natal adalah saat di mana kita berharap boleh merayakan terkuaknya kebenaran sejati yang dibawa oleh Yesus sendiri. Semoga kelahiran Yesus dapat menjadi pijakan bagi paroki kita untuk berjalan di dalam kebenaran walau di samping kita masih ada gurita kepalsuan. Tuhan Yesus memberkati.

HIDUP ADALAH PERUBAHAN

Sebut saja ia Tan Poo Cwan [ bukan nama sebenarnya ]. Tangannya begitu gesit memainkan pisau. Sebentar ia mengambil daging ayam, dengan sekejap ayam telah terpotong sesuai ukuran yang ia inginkan. Mentimun, wortel dan sayuran lainnya berurutan ia cincang dengan berbagai ragam model potongan. Sepasang tangannya begitu gesit dan tepat mengerjakan banyak hal, seperti tangan robot Jepang yang bekerja di berbagai perusahaan rakitan barang elektronik.

Pisau besar itu sebentar ia bersihkan sebentar ia tajamkan untuk kemudian melaksanakan segala keinginannya. Semua sayur dan daging segera berurutan ia masukan ke penggorengan yang kadang ia goyang goyangkan, diatasnya ia mainkan sendok atau sumpit besar. Kegiatannya bagai seorang pesilat sedang memainkan perisai dan pedangnya, diatas penggorengan yang kadang tersambar api dan berkobar untuk sesaat.

Masakan Tan Poo Cwan begitu terkenal dan nyaris tak pernah sepi dari pelanggan. Kami sekeluarga termasuk juga anjing saya sangat sering mengunjungi warung makannya. Nikmatnya masakan dan asiknya melihat proses memasak ditambah bonus daging sayap ayam ( sisa rebusan untuk kaldu ) diberikan khusus untuk anjing saya, “memaksa” kami sekeluarga rajin menyantap makanan hasil olahan Tan Poo Cwan.

Dua belas tahun kemudian.
Warung Tan Poo Cwan telah pindah dari kontrakan ke rumahnya yang berhasil ia beli. Warungnya yang baru lebih besar dan lebih nyaman, anaknya yang dulu balita kini telah membantu menjadi kasir, Pembantunya yang setia kini telah terlihat dewasa. Masakan Tan Poo Cwan masih juga enak. Namun warung Tan Poo Cwan tidak lagi ramai seperti dulu.

Tangan Tan Poo Cwan tidak lagi gesit. Ketika memotong daging ayam ia potong pelan pelan, tangannya sedikit bergetar ketika memegang pisau besar yang setia menemaninya dari dulu. Sambaran api di penggorengan tidak lagi terjadi, ia seperti sangat berhati hati memasukan satu persatu sayuran yang telah ia persiapkan. Sekarang waktu memasaknya menjadi lebih lama, atraksi memasaknya seperti adegan “slow motion”. Tidak atraktif dan nyaris seperti tukang masak yang sedang belajar. Tan Poo Cwan tidak lagi berdiri tegap dan gesit bergerak kesana kemari. Ia memasak sambil duduk di kursi yang dibuat khusus untuknya. Pembantunya benar  benar  membantu menyiapkan segala sesuatu keperluan Tan Poo Cwan.

Waktu terus berjalan, masakan pesananku juga sudah selesai, aku pulang membawa masakan dan “pesan alam”. Hidup adalah perubahan, seperti juga perubahan kehidupan Tan  Poo Cwan. Pada saatnya semuanya akan berubah.

Sebentar lagi tahun 2011 juga akan berubah menjadi 2012. Kita berharap hidup kita menjadi lebih baik dimasa yang akan datang. Desember adalah harapan karena disana ada Natal. Natal adalah harapan karena Natal-lah manusia mendapat pencerahan. Natal adalah jalan menuju kebahagiaan yang kekal. Natal adalah kesempatan memerdekaan diri.

Selamat Natal 2011 dan Tahun Baru 2012.

Yulianto Liestiono
yuliantoliestionoart.blogspot.com

SELAMAT NATAL DAN TAHUN BARU

Oleh: Pastor Bonefasius Budiman, OFM
Menjelang akhir tahun media masa sering memuat liputan khusus. Liputan ini biasa berisikan kilas balik kehidupan sosial politik, ekonomi dan keagamaan. Dalam kilas balik ini, kita dapat melihat jejak-jejak perjalanan masyarakat kita, analisis atas pengalaman bersama dan sekaligus prediksi tahun yang akan datang. Saat-saat terakhir merupakan saat yang sungguh bermakna. Dia merupakan saat bagi kita untuk melihat kembali jejak perjalanan yang sudah ditempuh sambil merancang perjalanan yang baru. Dalam kehidupan beriman saat terakhir ini merupakan saat refleksi. Artinya saat kita melihat kembali komitmen kita pada iman akan Kristus yang terwujud dalam upaya kreatif membangun suatu kehidupan keluarga yang harmonis, kesungguhan dalam pelayanan dan kejujuran dalam bekarya.

Sebagai seorang beriman Kristiani Natal dan Tahun Baru merupakan saat-saat yang istimewa bagi kita untuk merefleksikan kembali perjalanan kehidupan beriman dan bermasyarakat. Dalam peristiwa Natal kita merayakan kelahiran Kristus. Perayaan ini selalu meriah meskipun kesederhanaan selalu diupayakan. Kelahiran Kristus dapat kita maknai sebagai saat di mana Allah hadir dan tinggal di tengah-tengah umatNya. Dia yang kita nanti-nantikan telah datang ke tengah-tengah kita. Terang telah terbit bagi bangsa yang berdiam dalam negeri kekelaman. Kehadiran Allah ini membangkitkan sukacita dalam hati kita. Suka cita inilah yang kita bagikan melalui ucapan selamat natal yang kita sampaikan baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui media komunikasi).

Setelah merayakan Natal kita memasuki Tahun Baru. Tahun Baru selalu merupakan misteri bagi kita. kita tidak dapat mengetahui apa yang sungguh terjadi pada tahun 2012. Apakah pada 2012 kita mengalami hal-hal yang lebih baik dari 2011? Apakah usaha kita makin maju pada 2012? Para ahli baik ekonomi, sosial politik maupun agama berusaha memprediksi apa yang akan kita alami pada 2012. Tetapi prediksi ini tentu tidaklah 100% akan terjadi atau terpenuhi. Selalu ada kemungkinan bahwa prediksi meleset. Ini terjadi ketika apa yang menjadi syarat agar prediksi itu terjadi tidak terpenuhi. 

2012 tetap merupakan misteri bagi kita. Tentu ini benar akan tetapi di dalam kemisterian 2012 ada sesuatu yang pasti. Suatu yang pasti itu adalah bahwa waktu terus bergerak maju. Gerakan maju  ini tentu membawa perubahan dalam diri kita. Perubahan yang paling pasti adalah usia makin bertambah, tahun depan kita tidak mungkin lebih muda dari sekarang. Menghadapi perubahan ini, baiklah kita dengarkan apa yang dikatakan oleh pemazmur ini, “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana (Mzm 90: 12).” Titik awal perhitungan ini dimulai pada 1 Januari 2012. 

Bagi umat Katolik, 1 Januari (Tahun Baru) bukan sekadar pesta permulaan tahun kalenderium Masehi. 1 Januari merupakan saat istimewa karena pada hari ini Gereja merayakan hari Raya Santa Maria Bunda Allah. Perayaan ini mengingatkan kita akan ajaran sesat yang mengakui Maria sebagai Bunda Yesus tetapi bukan Bunda Allah. Dalam konsili Efesus 431 ajaran ini ditolak. Konsili menegaskan bahwa Maria adalah Bunda Allah, karena Yesus Anaknya adalah sungguh-sungguh Allah. Merayakan hari Raya Santa Perawan Maria Bunda Allah juga berarti kita mengakui Yesus sebagai “sungguh-sungguh Allah dan sungguh Manusia”.  Karena sudah kelelahan berjaga sepanjang malam, mengisi perayaan pergantian tahun, hari raya ini sering luput dari perhatian kita.

Merayakan Santa Perawan Maria Bunda Allah pada awal 2012 juga merupakan ajakan bagi untuk meneladani Maria dalam hidup kita selama 2012. Tentang meneladani Maria, St. Fransiskus dari Asisi  (1181/1182-1226) mengatakan: “Kita menjadi mempelai (Kristus) bila jiwa yang setia disatukan dengan Yesus Kristus oleh Roh Kudus. Kita menjadi saudara (Kristus) bila kita melaksanakan kehendak Bapa-Nya yang di surge. Kita menjadi ibu bila kita mengandung Dia di dalam hati dan tubuh kita karena kasih dan karena suara hati yang murni dan jernih. Kita melahirkan Dia melalui karya yang suci, yang harus bercahaya bagi orang lain sebagai contoh (Surat kedua St. Fransiskus dari Asisi kepada umat beriman 51-53).  Semoga sukacita Natal yang kita rayakan pada akhir 2011 memberikan kita harapan dalam menjalani hidup selama 2012 dan kita semakin maju dan berkembang dalam hal berbuat baik…